Hari Kiamat itu pasti. Hari Kiamat itu dekat. Dan semakin dekat. Meyakini kepastian terjadinya hari yang besar itu adalah salah satu tanda benarnya iman seorang manusia. Sebaliknya, orang-orang kafir dan munafiq mengingkarinya sebab menyangka bahwa kehidupan dunia adalah selamanya.
Kiamat tidak datang dengan tiba-tiba. Ada banyak tanda yang terjadi sebelum kejadian amat besar itu. Baik yang terjadi di zaman Nabi seperti terbelahnya bulan, maupun yang terjadi di akhir zaman-besar atau kecil.
Di antara tanda-tanda besar akan dekatnya Hari Kiamat adalah terbitnya matahari dari arah terbenamnya (Barat). Bagaimana detail kejadiannya? Apa saja yang terjadi ketika itu? Siapa saja yang menyaksikannya?
Penjelasan dari Sunnah Nabi
“Apakah kalian mengetahui ke arah mana perginya (terbenamnya) matahari?” tanya Nabi dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar al-Ghifari.
“Allah Ta’ala dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” jawab para sahabat yang mulia.
“Sesungguhnya,” tutur Nabi Muhammad, “matahari berjalan hingga berhenti di bawah ‘Arsy. Lalu bersujud.”
Terus seperti itu, hingga difirmankan kepadanya, “Bangkitlah! Ke tempat semula.”
Kejadian itu pun berlangsung sekian lama sebagaimana dijelaskan oleh Baginda Rasulullah yang mulia, “Matahari pun terbit dari tempat semula. Lalu berjalan tanpa ada seorang pun manusia yang mengingkari hingga berhenti pada posisinya di bawah ‘Arsy.”
Hingga waktu tertentu yang dikehendaki Allah Ta’ala, Dia pun berfirman kepada matahari, “Bangkitlah! Terbitlah dari tempat terbenammu.”
Ketika itu, tutur Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan, “Hal itu terjadi ketika keimanan seseorang yang belum pernah beriman tidak lagi bermanfaat.”
Tertutupnya Pintu Taubat
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa terdapat pintu seluas tujuh puluh tahun perjalanan di tempat terbenamnya matahari. Itulah tempat yang kelak digunakan oleh matahari untuk keluar sebagai salah satu tanda besar akan terjadinya Hari Kiamat.
Pintu tersebut bermakna pula sebagai pintu taubat. Maknanya, tidak diterima taubat seseorang setelah terbitnya matahari dari arah Barat.
Mana yang Lebih Dulu?
Dari Ibnu Amr, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tanda yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari arah terbenamnya, lalu keluarlah binatang melata ke hadapan manusia pada waktu Dhuha.”
Sementara itu, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan, “Yang pertama terjadi adalah munculnya Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam, lalu terbitnya matahari dari barat.”
Penjelasan Syekh Mahmud Athiyah Muhammad Ali
Tidak ada kontradiksi dalam hadits. Semua riwayat yang shahih pasti saling menguatkan. Maka, terang beliau dalam Tanda Berakhirnya Dunia, “Terbitnya matahari dari barat merupakan tanda pertama yang akan terjadi di langit dan menjadi tanda terjadinya perubahan tatanan alam semesta.”
Wallahu a’lam bish shawwab. [Pirman/Kisahikmah]