Jangan menunggu kaya untuk berinfaq. Tak perlu menjadi jutawan atau milyarder terlebih dahulu agar bisa menyalurkan harta di jalan Allah Ta’ala. Infaq adalah amalan yang bisa dikerjakan oleh siapa pun kaum Muslimin; yang kaya, miskin, bahkan yang tak punya harta sama sekali.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tak pernah membedakan perintah infaq hanya untuk sahabat dan umatnya yang kaya saja. Beliau senantiasa memotivasi kaum Muslimin generasi terbaik kala itu untuk selalu menyalurkan hartanya untuk mendanai perjuangan di jalan Allah Ta’ala.
Maka, seruan infaq itu bersifat umum. Tidak dikhususkan bagi mereka yang uangnya seperti tisu, atau layaknya jenggot yang langsung tumbuh sesaat setelah dipotong. Karenanya, teruslah menyalurkan dana untuk dakwah dan jihad, seberapa pun besarannya.
“Wahai Bilal,” seru Nabi pada suatu hari, “berinfaqlah!” Padahal, Bilal bukan termasuk salah satu saudagar kaya raya di zaman Nabi. Tapi, beliau menyebut namanya secara langsung. Lanjut beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jangan takut. Karena Zat Yang Maha Pengasih tidak akan menjadikanmu orang yang kekurangan karena infaqmu.”
Allah Mahakaya. Mudah bagi-Nya untuk memberian seluruh perbendaharaan dunia kepada siapa yang Dikehendaki-Nya. Pun sebaliknya. Bahkan, infaq bisa menjadi sarana paling efektif agar seorang Muslim menjadi sosok yang kaya, baik secara jumlah maupun sikap.
Pasalnya, kebiasaan infaq, apalagi jika prosentasenya besar di banding dengan jumlah penghasilan atau kekayaan, bisa menjadi sarana yang paling efektif untuk melatih sikap tidak tergantung dengan dunia. Ianya menjadi jalan paling mudah, agar semua jumlah terlihat kecil dan sedikit baginya.
Biasakanlah. Alokasikan di awal saat pertama mendapat rezeki. Berapa pun besarnya. Jika ikhlas, maka balasannya surga. Bahkan, infaq sebutir kurma sekali pun, jika ikhlas dan merupakan infaq terbaik, maka ianya bisa menjadi dinding antara dirinya dengan neraka yang menyala siksanya.
Sisihkan. Jangan terbiasa berinfaq dengan harta sisa. Berikan yang terbaik, pun dalam bentuknya. Sebagaimana Ummu ‘Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq yang terbiasa memberikan wewangian terhadap harta yang akan diinfaqkan di jalan Allah Ta’ala.
Kelak, kebiasaan infaq itulah yang menjadi jalan bagi kita untuk membeli surga-Nya. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]