Inilah Fakta Setelah Nabi Adam Diturunkan ke Bumi

0
ilustrasi

Setelah melanggar perintah Allah Ta’ala karena mengikuti bisikan setan, Nabi Adam ‘Alaihis salam pun diturunkan ke bumi bersama istrinya, Hawa. Keduanya sangat menyesal atas kejadian yang menimpanya itu. Sedih semakin lekat sebab keduanya dipisahkan dalam jarak yang jauh dan waktu yang amat lama hingga bertemu kembali.

Sepanjang itulah keduanya melakukan muhasabah sembari terus meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan melafalkan doa yang akrab dalam keseharian kita. Ya Tuhan kami, kami telah manzhalimi diri kami. Dan jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami, sesungguhnya kami termasuk orang yang merugi.

“Adam ‘Alaihis salam dan Hawa,” jelas ‘Abdullah bin ‘Abbas, “menangis selama dua ratus tahun karena kenikmatan surga yang luput (dicabut) dari mereka.” Selain menangis selama itu, keduanya juga tidak makan dan minum dalam waktu yang lama. Lanjut ‘Abdullah bin ‘Abbas sebagaimana dikutip Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi, “Mereka tidak makan dan minum selama empat puluh tahun. Dan, Adam tidak menggauli istrinya selama seratus tahun.”

Sebuah masa yang amat panjang. Kesedihan teramat. Konsekuensi amat besar atas sebuah kesalahan yang tak kecil. Tapi, hidup adalah tentang konsekuensi dan kemauan untuk memperbaiki. Yang terbaik bukanlah mereka yang tak pernah salah. Tetapi, mereka yang senantiasa menyesali salah dan bergegas dalam perbaikan, itulah sosok terbaik.

“Andaikata air mata penduduk bumi dikumpulkan,” jelas ‘Alqamah bin Martsad sebagaimana dikutip dari sumber yang sama, “tentulah air mata Adam ‘Alaihis salam lebih banyak dari air mata mereka.” Maknanya bukan saja soal jumlah. Lebih dari itu, ini adalah ungkapan kesedihan yang amat mendalam sebab dikeluarkan dari surga yang penuh dengan nikmat yang tanpa batas. Adakah kesedihan yang lebih besar dari itu?

Bukan sekadar tangis, tak mau makan dan minum, atau tidak menggauli istrinya sebab sedih dan terpisah jarak. Bahkan, bapak kita itu tak mau mengangkat kepalanya untuk melihat ke atas. Sebab, beliau amat malu kepada Allah Ta’ala yang didurhakainya.

“Saya pernah mendengar,” aku Syahr bin Hausyab, “setelah diturunkan ke bumi, Nabi Adam ‘Alaihis salam tidak mengangkat kepalanya ke langit selama tiga ratus tahun.” Alasannya, sebagaimana dikutip dalam “Agar Tidak Terpedaya Setan”, “Ia malu kepada Allah Ta’ala.”

Demikian inilah hikmah yang besar bagi siapa pun yang bernama manusia. Salah itu kemestian. Asal, jangan salah terus, jangan pula terus-terusan melakukan kesalahan. Semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita semua. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaMeski Miskin, Selalulah Berinfaq
Artikel berikutnyaKiat Nabi Untuk Meluluhkan Hati Pembenci Dakwah