Langkah yang Mengantarkan pada Kematian

0
sumber gambar: www.creteplus.gr

Siang masih terasa pagi sebab mentari tak bertugas. Sinarnya redup. Bertambah dingin ketika air hujan berkolaborasi dengan angin mengguyur tanah di sebuah lokasi sekitaran Kota Benteng, Tangerang. Suasana sepi pun mendominasi. Sebab kala itu hari libur. Hampir semua orang memilih tinggal di rumahnya sembari bercengkerama dengan keluarga. Harmonis yang menghangatkan.

Ketika titik hujan mulai berhenti, terlihatlah sesosok wanita berjalan. Berat. Sebelah kakinya ditarik saat diayunkan. Sakit diabetes. Oleh tetangga yang menyaksikan wanita yang sudah lama sakit ini, ditanyalah alasan keluarnya. Katanya, “Mau ke warung sebentar. Beli makanan.”

Lantas, si tetangga pun menawarkan diri mengantar. Sebab licin dan badannya agak besar. Baru beberapa saat, si wanita pun menghentikan. “Sudah,” katanya menjelaskan, “sampai di sini saja. Sudah biasa kok ke sana. Insya Allah bisa.”

Tetangga yang memang ada kegiatan dan tak enak pun segera pamit. Si wanita melanjutkan langkahnya.

Beberapa menit kemudian, suasana dingin berubah menjadi ramai nan diliputi kesedihan. Ditingkahi dengan suara tangis pilu, masyarakat pun berhamburan. Kompak menuju lokasi, rupanya searah dengan tujuan si wanita.

Ramai-ramai digotong, si wanita sudah tak sadarkan diri. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

Riwayatnya, sebelum sampai di warung yang dituju, si wanita kelelahan. Dia pun duduk di sebuah kursi milik tetangga. Ngaso. Sejenak. Lalu melanjutkan perjalanan. Saat bangun itulah, bersamaan dengan salah satu tetangga lain melihat, si wanita terjatuh.

Riwayat penyakit jantungnya juga disinyalir menjadi salah satu sebab yang mengantarkannya pada kematian. Sebab jatuh itu pula, bagian wajah si wanita lebam. Biru.

Seperti inilah kematian mendatangi masing-masing kita. Semua kita akan mati di waktu, lokasi, cara, dan sebab yang telah ditulis dengan sangat teliti di Lauhul Mahfuzh. Tanpa sediikit pun kejadian yang bisa dikurangi atau ditambah.

Maka kejadian yang menimpa si wanita itu, semuanya telah tercatat. Niatnya membeli makanan, arahnya menuju penjual, tawaran tetangga yang diterima lalu ditolak, kursi yang diduduki, waktu yang menjadi momentum untuk bangkit melanjutkan langkah, hingga jatuh dan caranya terjerambab. Semuanya tercatat dengan sangat rapi.

Pun dengan berapa jumlah langkah yang ditempuh dari rumah sampai di tujuan, lirikan matanya, desahan nafasnya, hingga detak jantung, dan detik waktunya serta hal-hal lain yang mustahil didaftar satu persatu.

Sejatinya, setiap langkah yang kita ayunkan adalah kepastian yang mengantarkan kita menuju ajal. Sudah mempersiapkan bekal apa? [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaMalaikat Jibril Mati!
Artikel berikutnyaMalas Shalat Berjamaah? Kisah Ini akan Membuat Anda Tercengang!