Salah satu karakter iman seseorang adalah naik-turun. Kadang berada di puncak, tak jarang pula berada di bawah. Tidak bisa dipastikan, kecuali bagi orang-orang terpilih dari kalangan Nabi dan orang-orang shalih setelahnya.
Ketika iman berada di puncak kualitas, itulah kondisi yang diharapkan. Sayangnya, kondisi sebaliknyalah yang sering terjadi; iman menurun hingga berada di lembah terendah. Di tahap ini, iman dirasa kurang manfaatnya. Banyak di antara mereka yang terjerumus dalam kemalasan berkelanjutan. Futur.
Jika sudah begini, apakah yang bisa dilakukan untuk membangkitkan kualitas iman?
“Setiap kali ruh kehambaan dan amal ibadah kita melemah,” demikian disampaikan oleh Dr. Nashir bin Sulaiman al-‘Umar dalam Liyadabbaru Ayatih yang dikutip oleh Salim A. Fillah dalam Lapis-Lapis Keberkahan, “sungguh baik jika kita merenungkan dalam-dalam berbagai keagungan-Nya dalam penciptaan.”
Merenung tentang penciptaan alam semesta dan diri kita sendiri. Betapa Allah Ta’ala telah menjadikan dunia dengan sangat baik hingga nyaman ditinggali. Dia memberikan segala yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk-Nya secara cuma-cuma.
Langit yang menaungi dan nyaman diindra. Hamparan bumi yang tiada terasa guncangan gerakan perputarannya. Gunung yang menancap sebagai penyeimbang dan menyimpan limpahan manfaat bagi hewan, tumbuhan, dan manusia. Hutan yang terbentang luas di berbagai belahan dunia sehingga mampu menghasilkan oksigen setelah bekerja sama positif dengan sinat mentari yang senantiasa menyinari.
Betapa sangat baiknya Allah Ta’ala kepada kita sebagai makhluk yang sering mendurhakai-Nya dalam sadar atau tidak?
Jika menilik ke dalam diri, tidakkah pula kita mau berpikir meski sesaat? Betapa mata ini berkedip secara berkala dengan sangat canggih. Betapa bulu mata dan alis diciptakan dengan amat baik sehingga mata terhindar dari banyak debu yang bertebaran di sepanjang siang dan malam.
Belum lagi memikirkan soal cara kerja mata, hidung, lidah, gigi, mulut, dua bibir, tangan, kaki, dan organ-organ lainnya. Akan semakin luar biasa ketika kita berupaya memikirkan cara kerja organ dalam; jantung, paru-paru, ginjal, pankreas, lambung, usus, dan organ-organ lainnya.
Betapa semua itu diciptakan dengan amat canggih. Tidakkah itu semua menjadi alasan bagi diri untuk semakin mendekat kepada Allah Ta’ala agar iman senantiasa berada dalam keistiqamahan?
Amat sedikit orang-orang yang berpikir. [Pirman/Kisahikmah]