Kisah Orang yang Dibangkitkan setelah Dimatikan Seratus Tahun

0

Di antara dalih yang digunakan oleh orang-orang kafir dan munafiq untuk meragukan Allah Ta’ala dan ajaran Rasulullah adalah terkait kebangkitan setelah mati. Mereka selalu menggugat dengan mengatakan, “Apakah kami akan dibangkitkan?”

Pasalnya, mereka menganggap dunia sebagai satu-satunya kehidupan yang tak ada lagi kehidupan setelahnya. Sebab itulah, Allah Ta’ala banyak menurunkan ayat tentang keniscayaan kebangkitan manusia setelah kematiannya di dunia ini.

Raja Bukhtanashar menghancurkan sebuah negeri yang bernama Baitul Maqdis. Semua penghuninya dibunuh; bangunan megah di negeri itu pun turut dirobohkan hingga rata dengan tanah.

Maka berlalulah laki-laki yang bernama ‘Uzair, sebagaimana pendapat Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Abi Hatim yang diriwayatkan dari Ali bin Thalib, Qatadah, Abdullah bin ‘Abbas, al-Hasan dan as-Suddi.

Saat melihat negeri itu rata dengan tanah, ‘Uzair berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan negeri ini setelah hancur?” Perkataan yang direkam dalam ayat 259 surat al-Baqarah ini bermakna, “Mungkinkah mereka dibangkitkan sementara kerusakannya sangat parah, bahkan tak ada bekas-bekas kehidupan?”

Sebagai jawaban, Allah Ta’ala pun mematikan ‘Uzair. Tak hanya dirinya, keledainya pun turut dimatikan hingga tulang belulangnya berserakan di sampingnya.

Setelah masa tujuh puluh tahun dari kematiannya, Allah Ta’ala membangun kembali negeri itu. Maka ketika orang ini dihidupkan, Bani Israil telah kembali ke negeri tersebut.

Kemudian, orang itu pun dihidupkan kembali; dimulai dari mata, agar ia bisa melihat sekitar. Maka didapatilah sekitarnya penuh dengan bangunan dan orang-orang yang berlalu lalang.

Setelah sempurna penciptaannya, Allah Ta’ala bertanya kepadanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini?”

Disebutkan bahwa laki-laki itu dimatikan di awal siang, dan dihidupkan kembali di akhir siang. Maka ia menjawab, “Aku telah tinggal di sini satu atau setengah hari.”

Padahal, berdasarkan firman-Nya, ia dimatikan selama seratus tahun. “Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.”

Allah Ta’ala pun memerintahkan kepada orang tersebut untuk memperhatikan makanannya. Kemudian Dia menghidupkan kedelainya yang telah menjadi tulang yang memutih melalui bantuan angin untuk mengumpulkan tulang yang berserakan.

Lalu disusun dengan amat baik hingga menjadi seekor keledai tanpa daging, selanjutnya dibungkus dengan daging, urat, pembuluh darah dan kulit.

Dan sebagai tahap akhir, Allah Ta’ala memerintahkan malaikat untuk meniupkan roh melalui lubang hidung keledai. Dengan izin-Nya pula, lelaki bernama ‘Uzair ini menyaksikan proses penciptaan tersebut.

Sebab itu pula, keraguannya akan kebangkitan setelah mati seketika sirna. Katanya penuh kemantapan, “Aku yakin bahwa Allah Mahakusa atas segala sesuatu.”

Karena tak mungkin ada kesalahan dalam al-Qur’an ini, apakah ada di antara kita yang masih ragu akan hari berbangkit? Apakah perlu mengalami dimatikan dulu, lalu dihidupkan lagi di dunia seratus tahun kemudian? [Pirman]

Artikel sebelumnya400 Tahun Berkuasa, Raja Ini Membisu Hadapi Argumen Rakyatnya
Artikel berikutnyaInilah Infaq yang Sia-sia