Semangat beramal harus diiringi dengan semangat menuntut ilmu. Agar amal yang banyak tidak sia-sia. Pasalnya, ada hal-hal yang bisa merusak amal; yang sumbernya dari pelaku amal itu sendiri.
Allah Ta’ala melalui firman-Nya dan sunnah Nabi-Nya menganjurkan kepada kaum muslimin untuk berinfaq di jalan-Nya. Bagi mereka berhak pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat.
Namun, dalam ayat yang lain, Dia juga menyebutkan hal-hal yang bisa merusak pahala infaq. Hendaknya kita menghindari hal ini, agar infaq yang kita salurkan tidak sia-sia.
Allah Ta’ala menyebutkan, kesia-siaanlah bagi mereka yang mengiringi infaq dengan menyebut-nyebut pemberian di hadapan penerima infaq hingga menyakitinya.
Ancaman lebih serius diinformasikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melalui sabdanya, “Tiga golongan yang Allah tidak akan mengajak bicara, melihat, dan menyucikan mereka di Hari Kiamat; bahkan mereka mendapat siksa yang pedih.”
Siapakah mereka? Lanjut Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Dzarr al-Ghifari, “Yaitu orang-orang yang menyebut pemberian yang telah diberikan, orang yang memanjangkan kainnya (di bawah mata kaki), dan orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu (agar laris).”
Dalam riwayat yang lain oleh Ibnu Mardawaih, Ibnu Hibban, al-Hakim dan an-Nasa’i, tiga golongan yang tidak dilihat oleh Allah Ta’ala di Hari Kiamat adalah: orang yang durhaka kepada kedua orang tua, pecandu khamr, dan orang yang suka menyebut-nyebut apa yang pernah diberikan.
Ibnu Katsir menjelaskan ini dengan mengatakan, “Pahala sedekah akan terhapus karena menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti penerima sedekah.”
Terhapusnya pahala infaq manusia jenis ini sama dengan hapusnya pahala amal karena pelakunya riya’. Ia berpikir menabung sekian banyak pahala, padahal tak sedikit pun yang mereka dapatkan. Sebab niat untuk dipuji atau disebut dermawan telah mereka dapatkan saat di dunia.
Perumpamaan yang Allah Ta’ala berikan kepada golongan ini sama dengan tanah yang terletak di atas batu licin. Maka tatkala hujan turun, tak ada sedikit pun tanah yang tersisa di atas batu tersebut.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita hamba yang ikhlas; yang gemar berinfaq karena Allah Ta’ala dan tidak menyebut-nyebut serta menyakiti perasaan para penerima infaq. Aamiin. [Pirman]