Bergegas dari Negeri Madyan, Nabi Musa ‘Alaihis salam diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk mendakwahi Raja Fir’aun, semoga Allah Ta’ala melaknatnya. Katakan kepada Fir’aun, demikian Firman Allah Ta’ala, siapa tahu ia termasuk orang yang hendak mensucikan diri.
Atas desakan kepongahan di dalam dirinya, Fir’aun meminta agar Nabi Musa ‘Alaihis salam menunjukkan bukti bahwa ia benar-benar utusan Allah Ta’ala.
“Jika benar kamu membawa suatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika kamu termasuk orang yang jujur.” (Qs. al-A’raf [7]: 106)
Allah Ta’ala pun merespons tantangan Fir’aun dengan mewahyukan kepada Nabi Musa ‘Alaihis salam;
“Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, seketika itu juga tongkat tersebut berubah menjadi ular yang sebenarnya.” (Qs. al-A’raf [7]: 107)
Mula-mula ingkar, kemudian meminta bukti. Saat bukti diberikan, Fir’aun kembali ingkar dengan menuduh bahwa Nabi Musa ‘Alaihis salam merupakan seorang tukang sihir yang nyata.
Raja sombong itu pun meminta pendapat kepada para pembesar di kerajaannya. Para pembesar itu menyampaikan agar Fir’aun mengumpulkan seluruh tukang sihir dari berbagai penjuru negerinya, lalu beradu kesakstian dengan Nabi Musa ‘Alaihis salam.
Di Hari Raya yang disepakati, seluruh kaum Fir’aun dan tukang sihirnya berkumpul di pusat kota. Sebelum menyanggupi keinginan Fir’aun, para tukang sihir mengajukan permintaan kepadanya;
“Sesungguhnya, jika kami menang, akankah kami mendapatkan upah (darimu)?” (Qs. al-A’raf [7]: 113)
Dengan amat meyakinkan, Fir’aun langsung merespons permintaan para tukang sihir dengan berkata, “Ya. Sesungguhnya kamu benar-benar akan menjadi orang-orang yang dekat (kepadaku).” (Qs. al-A’raf [7]: 114)
Menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Para tukang sihir akan diberi apa saja yang diinginkan, serta kedudukan yang dekat (tinggi) dengannya.”
Sungguh indah bahasa yang digunakan oleh Allah Ta’ala dalam Kalam Suci-Nya ini. Sebuah pemilihan kata yang bukan hanya memesona, tetapi juga mengandung hikmah dan makna yang sangat agung.
Menjadi orang dekat itu nikmat.
Dekat dengan siapa pun, maka kita akan mendapatkan nikmat dari orang yang kita dekati. Itulah kaidah dan hikmahnya.
Anak yang dekat dengan orang tua, ia akan mudah mendapatkan hajatnya bahkan diberikan melebihi permintaan, jika orang tuanya mampu menuruti.
Murid atau mahasiswa yang dekat dengan guru atau dosen, ia akan dimudahkan dalam berbagai hal terkait akademis dan hal lainnya. Pada puncaknya, jika kedekatan beriring dengan prestasi, nilai bagus dan kesuksesan adalah keniscyaan.
Lalu bayangkanlah; betapa agung karunia yang akan diterima andai kita benar-benar dekat dengan Allah Ta’ala, Tuhan semesta raya. Bahkan saat kita sejauh ini dengan-Nya pun, Dia berikan nikmat hidup dan dunia yang begitu besar.
Mari dekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Dia mustahil membuat kita kecewa.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]