Kisah Ditolaknya Lamaran Umar bin Khaththab

0
ilustrasi @haveliweddingsandevents.
ilustrasi @haveliweddingsandevents.
ilustrasi @haveliweddingsandevents.

Kehidupan Rasulullah Saw dan para sahabatnya adalah contoh terbaik sebuah interaksi antar sesama. Kehidupan generasi mereka didasari atas ketulusan hati sebab benarnya akidah. Tak ada kepura-puraan, dengki minimalis dan senantiasa dihilangkan ketika mulai menjangkiti. Generasi ini selalu mendasarkan semua interaksi kepada sesama sesuai dengan perintah Allah Swt dan sunnah Rasulullah Saw.

Hari itu Umar bin Khaththab yang terkenal dengan keberaniannya mendatangi rumah Abu Bakar ash-Shidiq. Selain bersilaturahim, ada maksud lain yang diusungnya. Ia ingin menjalin tingkat kekerabatan yang lebih dekat dengan sahabat terbaik Rasulullah Saw itu, sosok yang menggantikan Sang Nabi sebagai imam shalat saat usianya di ujung senja. Kali itu, Umar yang berjuluk al-Faruq hendak melamar Ummu Kultsum, anak Abu Bakar yang merupakan adik dari ‘Aisyah istri Rasulullah Saw.

‘Aisyah yang shalihah nan cerdas, melihat itu sebagai sebuah dilema. Keluarga Abu Bakar berjalan dalam jalur kehidupan lembut nan santun. Amat berbeda dengan karakter Umar yang cenderung pemberani nan tegas hingga setan pun memilih jalan lain ketika Umar melewati jalan itu.

Di sisi lain, al-Faruq Umar bin Khathtab adalah salah satu orang terbaik di zaman itu. Sosoknya terjamin surga oleh Sang Nabi. Sehingga, amat disayangkan jika lamarannya ditolak. Bukankah ketika ada orang shalih yang datang melamar, kemudian ditolak, maka hal itu bisa menjadi sebab timbulnya fitnah yang besar?

Lalu, atas bantuan sahabat al-Amru bin al-‘Ash, diceritakanlah kegundahan ‘Aisyah. Ia kemudian memintanya untuk membantu menyampaikan kepada Umar perihal apa yang tengah terjadi sesuai dalam ijtihad pribadinya itu. Sebab logis, ‘al-Amru pun membantu ‘Aisyah untuk menyampaikan jawaban atas lamaran tersebut kepada Umar.

Akhirnya, keduanya bersepakat bahwa lamaran Umar ditolak dan direkomendasikan untuk melamar Ummu Kultsum binti ‘Ali bin Abi Thalib. Menurut ijtihad keduanya, Umar dan ‘Ali lebih memiliki kecocokan sifat, sehingga Umar dan Ummu Kultsum bin ‘Ali pun lebih memiliki kecocokan karakter di banding dengan Ummu Kultsum bin Abu Bakar ash-Shidiq.

Selayaknya, kisah ini bisa dijadikan pelajaran bagi siapa pun yang pernah tertolak lamarannya. Bahwa penolakan itu, seringkali bukan hanya karena kualitas keimanan ataupun keshalihan. Karena memang, dalam pernikahan, ada banyak hal yang harus dipersiapkan dan dipikirkan dengan tetap tidak bersikap menundanya. Sebab pernikahan adalah salah satu ibadah yang dianjurkan untuk disegerakan.[pirman]

Artikel sebelumnyaUlama Kurus Memecah Batu Besar
Artikel berikutnya60 Tahun Berdoa Memohon Dikarunia Anak