Menjadi orang yang shaleh dan berilmu adalah sebuah keutamaan. Dibutuhkan usaha yang keras untuk menggapai derajat itu. Ujian yang menyertai di setiap jenaknya juga tak mudah untuk ditaklukan. Karenanya, jarang yang bisa menggapai keutamaan itu.
Maka ketika usaha yang dilakukan telah optimal, yang perlu dilakukan adalah senantiasa meluruskan niat, semoga Allah Ta’ala berikan balasan terbaik atas usaha yang dilakukan.
Selanjutnya, jika diri tak mampu menggapai derajat orang shaleh ataupun berilmu, yang perlu dilakukan adalah berupaya sekuat tenaga untuk mencintainya. Sebab, kelak di Hari Kiamat, seseorang akan dikumpulkan kepada siapa yang dicintainya.
Namun, jika mencintai terlalu sulit karena satu dan lain alasan, maka tanamkanlah dalam sanubari agar jangan sampai membenci mereka. Karena, orang shaleh dan berilmu adalah wali-wali Allah Ta’ala; mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah Ta’ala.
Mengapa kita tak boleh membenci wali-wali Allah Ta’ala yang dikasihi-Nya? Bukankah mereka manusia biasa layaknya manusia pada umumnya?
Wahai diri, ketauhilah bahwa hukum asal membenci atau mencintai, hanya satu alasannya; karena Allah Ta’ala. Karenanya, diizinkan mencintai seseorang karena Allah Ta’ala, pun ketika harus membenci; hanya karena Allah Ta’ala. Itulah cinta dan benci yang dibenarkan. Selainnya, salah.
Apalagi, siapa pun yang membenci wali-wali Allah Ta’ala di muka bumi ini, Dia akan memberikan hukuman yang amat tegas. Hukuman yang maha dahsyat dan tak satu pun makhluk bisa mencegahnya. Lantas, apakah balasan kepada siapa yang membenci wali-wali-Nya?
Dalam potongan sebuah hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku telah mengumumkan perang kepadanya.” Itulah balasannya. Sebuah pengumuman perang dari Zat yang Mahakuasa. Dia akan memerangi siapa yang membenci dan memusuhi wali-wali-Nya.
Mengomentari hadits ini, Dr Abdullah Azzam mengatakan, “Adakah engkau mampu menandingi Rabbul ‘Alamiin di medan terbuka dan di dalam pertempuran yang seru?” Pungkasnya mengatakan, “Sesungguhnya yang engkau lawan itu tidak akan dapat engkau celakai.”
Dialah Tuhan semesta alam. Dialah Raja Diraja. Yang menguasai seluruh makhluk. Dialah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Tak ada satu pun yang setara dengan-Nya. [Pirman]