Generasi-generasi ini memang pilihan yang tiada bandingannya. Bukan hanya di masanya kala itu, mereka tak tertandingi hingga zaman ini. Merekalah yang paling depan dalam ibadah, jihad, dan muamalah kepada sesamanya. Mereka merupakan hamba yang paling bagus hubungannya dengan Allah Ta’ala. Benar-benar membanggakan. Tiada yang mampu bersaing dengannya hingga akhir zaman kelak.
Mereka adalah generasi-generasi yang paling berani dalam segala makna kebaikannya. Berani mengalahkan musuh di dalam diri dengan menjinakkan dan membunuh nafsu jahat, berani pula menebas leher orang-orang yang memusuhi agama-Nya yang mulia. Mereka tidak pernah takut kepada makhluk. Sebab ketakutan mereka hanya dialamatkan kepada Rabb Semesta Alam.
Mereka memiliki keberanian sedahsyat itu bukan tanpa sebab. Ada begitu banyak alasan yang bisa menjelaskannya. Namun, yang paling dominan dari sekian banyaknya alasan, adalah hasrat yang amat tinggi kepada kenikmatan akhirat dan deru-deru rindu untuk bertemu Allah Ta’ala.
Simaklah sejenak motivasi amat manjur dari Rasulullah yang pernah mengatakan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim ini, “Sungguh, pintu-pintu surga ada di bawah kilatan pedang.” Bukankah maknanya adalah keberanian? Bagaimana mungkin seorang hamba yang lemah, miskin, dan memiliki kekurangan fisik lain selayak ‘Abdullah bin Mas’ud, misalnya, berani mengayunkan pedang dalam jihad jika bukan karena keberanian?
Tak pula mengherankan, ketika Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq berkata dengan gagah di depan pasukannya, “Carilalah kematian. Niscaya kalian akan mendapatkan kehidupan!”
Aduhai, betapa jauhnya mereka dengan kita? Bahkan saat anak-anak kita sedikit terluka karena bermain di masa kecilnya, kekhawatiran diri ini amat berlebihan? Lantas, bagaimana jika mereka diseru untuk menjadi mujahid di jalan Allah Ta’ala lalu wafat di medan jihad sebagai syuhada’?
Keberanian memesona itu pula yang ditampilkan oleh Jenderal Khalid bin Walid dalam perang melawan Romawi kala itu. Kepada pasukan musuh, Khalid dengan gagah berkata sebagaimana dikutip oleh Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia, “Jika kalian melarikan diri ke langit, pastilah kuda-kuda kami akan naik untuk membunuh kalian. Dan jika kalian bersembunyi di dalam bumi, niscaya kami akan menyelami bumi untuk membunuh kalian.”
Dan sebagai salah satu bentuk latihannya, selain aktivitas fisik berupa berenang, memanah, dan berkuda, lakukanlah apa yang pernah disampaikan oleh ‘Umar bin Khaththab, “Ajarkan sastra kepada anakmu. Agar yang pengecut di antara mereka berubah menjadi sosok yang pemberani.”
Maka ketahuilah, tak ada satu pun bacaan yang mampu menandingi al-Qur’an. Pun dari unsur sastranya. Ia adalah Firman Allah Ta’ala. Sastranya penduduk langit. [Pirman/Kisahikmah]