Masih ingat kisah ibu yang membuat kagum para dokter karena ia sangat sabar dan senantiasa menjawab “alhamdulillah” saat dokter mengabarkan perkembangan medis anaknya yang makin buruk?
Setelah dirawat selama enam bulan di rumah sakit, dengan beberapa kali operasi yang selalu disertai doanya “Ya Allah, jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia,” akhirnya anak berusia tiga tahun itu sembuh total.
Dokter yang menangani anak itu kagum dengan kesabaran sang ibu, tetapi ia tidak punya kesempatan cukup banyak untuk mengetahui siapa sebenarnya wanita itu. Hari-hari berikutnya pun berlalu begitu saja. Bulan berganti. Hingga satu setengah tahun kemudian, seorang rekan dari bagian bedah memberitahunya bahwa ada seorang laki-laki bersama istri dan anaknya ingin bertemu.
“Siapa mereka?” tanya dokter itu.
“Aku juga tidak mengenal mereka”
Saat dokter itu menemui mereka, barulah ia tahu bahwa wanita tersebut adalah ibu yang sangat sabar itu. Ibu yang selalu mengucap hamdalah saat dikabari kondisi anaknya. Ibu yang berdoa dengan penuh tawakal saat sakit anaknya makin parah. Dan anak itu, masya Allah, sekarang kondisinya sangat sehat. Ia terlihat segar bugar. Benar-benar keajaiban dari Allah.
Selain mereka bertiga, rupanya ada satu lagi. Digendong ibunya. Seorang bayi yang kira-kira baru berusia empat bulan. “Apakah ini putra yang ke-13 atau 14?” tanya dokter dengan nada bercanda.
“Ah, dokter bisa saja,” jawab laki-laki itu, “Ini anak kami yang kedua. Anak pertama kami ya yang dulu Anda operasi ini. Ia lahir setelah 17 tahun setelah mengalami kemandulan. Setelah Allah menganugerahkan anak ini kepada kami, Allah kemudian menguji dengan berbagai penyakit yang Anda ketahui.”
Mendengar cerita itu, sang dokter menangis. Kekagumannya semakin bertambah. Bagaimana tidak, ia mengira anak yang ia operasi adalah anak kesekian sehingga sang ibu begitu tabah dan sabar, seakan sangat siap kehilangan. Ternyata… anak itu adalah satu-satunya saat itu. Anak yang ditunggu-tunggu selama 17 tahun. Dan begitu ia hadir, dua setengah tahun kemudian Allah mengujinya seberat itu. Para dokter bahkan angkat tangan beberapa kali. Ajaib, ia sembuh dari berbagai penyakit itu. Tapi lebih ajaib lagi, kesabaran ibu yang menemaninya. Ibu yang selalu mengucap hamdalah dan selalu berdoa penuh tawakal kepadaNya.
Kagum bercampur penasaran yang sangat dalam, membuat dokter itu bertanya kepada sang suami. “Siapakah sebenarnya istrimu, yang begitu sabar menghadapi cobaan terhadap anak yang telah ia nantikan selama 17 tahun? Hatinya pasti tidak kosong dari keimanan”
Sang suami diam sejenak. Agaknya ia juga ingin menangis.
“Aku menikahinya 19 tahun sebelum peristiwa operasi anak kami. Selama itu, dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali karena udzur syar’i. Aku juga tidak pernah menyaksikannya melakukan ghibah, namimah maupun berdusta. Setiap kali aku keluar rumah, ia mengantarku dan mendoakanku. Setiap kali aku pulang ke rumah, ia menyambutku dan mendoakanku pula. Dia melakukan tugasnya dengan penuh cinta, perhatian, ketulusan dan akhlak mulia.”
Suasana menjadi hening, penuh kesyahduan. Suami itu kemudian melanjutkan, “Dengan akhlaknya yang semulia itu, aku tidak sanggup menatap matanya karena malu.”
“ia memang berhak mendapatkan perlakuan seperti itu darimu,” kata dokter sambil terisak.
Subhanallah… [Tim redaksi Kisahikmah.com]
*Disarikan dari penuturan dokter kepada Syaikh Ahmad Abduh Iwadh yang ditulisnya dalam buku Laa Tai’asu min Ruuhillah (Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah)