Islam dipenuhi dengan barisan pemberani yang rela menukar nyawa demi kejayaan agama Allah Ta’ala. Di dalamnya terdaftar banyak mujahid dengan kisah yang menggetarkan jiwa. Bukan hanya dari sosok dewasa atau pemuda, tetapi juga kalangan lanjut usia dan anak-anak, semuanya berbaris rapi di garda terdepan jihad di jalan Allah Ta’ala.
Ketika rombongan pasukan Badar menuju ke medan tempur, mujahid kecil ini berlari-lari ke sana kemari seraya bersembunyi. Ia bukan takut berada dalam rombongan pasukan pejuang tersebut, tapi khawatir jika keberadaannya diketahui oleh Rasulullah Saw.
Pasalnya, ia masih sangat belia. Jika diketahui sang Nabi, ia pasti dilarang untuk turut serta dalam perang yang membedakan antara kaum muslimin dan kaum kafir ini.
Sayangnya, keberadaannya justru diketahui oleh kakanya sendiri. Sang kakak berkata, “Kenapa kamu berlarian, Adikku?” Jawab sang adik, “Aku khawatir,” lanjutnya, “jika Rasulullah Saw mengetahui keberadaanku, beliau akan melarangku ikut berjihad karena masih kecil.”
Rupanya, Sang Nabi mengetahui keberadaan sang mujahid kecil ini. Beliau pun memerintahkannya agar pulang. Tapi, sang mujahid menolak. Ia bersikukuh. Tekadnya bulat, niatnya lurus. Syahid. Itulah satu-satunya argumen yang dia sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.
Karena melihat semangat dan kesungguhan yang terpancar dari sang mujahd kecil, Nabi mengizinkannya ikut berperang. Dalam riwayat ini tidak disebutkan perannya sebagai apa. Yang jelas, beliau telah memiliki semangat baja dan tekad yang bulat untuk menegakkan kalimat Allah Ta’ala melalui jihad di jalan-Nya.
Qadarullah, mujahid kecil ini syahid. Niatnya dibalas tunai oleh Allah Ta’ala. Beliau tidak mati konyol. Beliau juga tidak bunuh diri. Beliau menukar dirinya dengan surga yang lebih luas dari langit dan bumi ketika usianya masih belia.
Semoga Allah Ta’a menerima kesyahidan mujahid kecil ini. Beliau adalah Umair bin Abi Waqqash, adik kandung Sa’ad bin Abi Waqqash. Inilah sosok amat inspiratif yang menukar dirinya degan surga ketika anak-anak seusianya di zaman kita ini sibuk dengan dunia dan permainannya yang melenakkan.
Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita anak-anak dengan kualitas tauhid seperti Umair bin Abi Waqqash ini, aamiin. [Pirman]