Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Ta’ala atas semua nikmat yang telah, sedang, dan akan terus diberikan kepada kita. Nikmat iman, Islam, kesehatan, panjang umur dalam keberkahan, dan nikmat lain yang tak mungkin dihitung. Segala puji bagi-Nya, satu-satunya Rabb semesta alam.
Adalah kebahagiaan yang hakiki menjadi seorang muslim. Allah Ta’ala berikan karunia yang agung dalam setiap amalan yang dikerjakan hamba-hamba-Nya. Padahal, manfaat dari amalan itu kembali kepada pelakunya. Sebab, Allah Ta’ala sama sekali tidak membutuhkan ibadah dari hamba-hamba-Nya.
Maka shalat berjamaah di masjid yang pahalanya dua puluh lima atau dua puluh tujuh kali lipat dibanding shalat sendirian, akan dibayar tunai kepada pelakunya. Pun, dengan iming-iming kenaikan derajat dan penghapusan dosa dalam setiap langkah seorang muslim ketika menuju masjid untuk mendirikan shalat berjamaah.
Bagi mereka yang mendirikan shalat dengan kualitas terbaik, kemudian tetap dalam kondisi berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga waktu shalat berikutnya, ganjaran yang berhak diterimanya sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim, “Ia dihitung dalam keadaan shalat selama masih di masjid menunggu datangnya waktu shalat (berikutnya).”
Adakah yang lebih membahagiakan dari itu semua? Bahkan, dalam riwayat lain dari Imam Bukhari dan Muslim, bagi siapa yang menuju ke masjid untuk shalat Shubuh dan ‘Isya’ berjamaah di masjid, “Niscaya Allah Ta’ala telah menyiapkan tempat baginya di surga, setiap kali pergi atau kembali.”
Subhanallah, walhamdulillah, Allahu akbar.
Inilah yang menjadi motivasi agung para sahabat Nabi. Sehingga mereka sangat bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Satu di antaranya, misalnya sahabat Sa’id bin Musayyib, diriwayatkan tidak pernah melihat tengkuk orang lain selama tiga puluh tahun sebab senantiasa berada di shaf pertama dalam shalat berjamaah.
Alangkah agungnya. Dan karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengancam akan membakar rumah-rumah yang terdapat lelaki di dalamnya, namun tidak ikut shalat berjamaah bersama kaum muslimin.
Amalan ini pula, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam Muslim, bisa menjadi salah satu jalan bagi seorang hamba agar bisa bertemu Allah Ta’ala dalam keadaan beragama Islam. Betapa bahagianya? Jaminan surga, pahala berlipat, dinaikkan derajat, dihapus dosa, dan digaransi bisa bertemu dengan Allah?
“Barang siapa yang ingin bertemu dengan Allah Ta’ala dalam keadaan muslim, maka ia harus menjaga shalat fardhu tepat waktu dan berjamaah.”
Maka khawatirlah ketika kita sering absen dari berjamaah di masjid. Sebab hal itu merupakan ciri yang nyata dari sifat munafik. Na’udzubillah…
Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kecukupan (kebutuhan duniawi), dan kekayaan. Aamiin. [Pirman]