Berkumpullah beberapa cerdik cendekia yang ada kekusaman di dalam hatinya. Di hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid, mereka sengaja mencecar Imam asy-Syafi’i dengan berbagai jenis pertanyaan yang sukar. Selain ingin mengetahui seberapa jauh kedalaman ilmu sang Imam, sekelompok orang ini juga memiliki harapan agar sang Imam tak kuasa memberikan jawaban dan malu di hadapan sang Khalifah.
Sayangnya, ceritanya justru berkebalikan.
Mereka melontarkan banyak persoalan. Dari puluhan soal itu, semuanya sukar. Tak ada satu pun yang sederhana. Ajaibnya, sang Imam benar-benar dikaruniai kelebihan oleh Allah Ta’ala sehingga mampu menjawab semua pertanyaan dengan tuntas tanpa cela sedikit pun.
Di antara pertanyaan yang dialamatkan kepada sosok Penolong Sunnah kelahiran Gaza Palestina ini adalah, “Terdapat lima orang laki-laki yang berzina dengan seorang wanita. Lelaki pertama mendapatkan hukuman pancung. Laki-laki kedua dihukum rajam. Laki-laki ketiga diberi hukuman cambuk sebanyak seratus kali. Laki-laki keempat dicambuk sebanyak lima puluh kali. Sedangkan laki-laki kelima tidak mendapatkan hukum apa-apa.”
Tanya mereka, “Mengapa bisa terjadi sedemikian rupa?”
Dengan wibawa yang amat menakjubkan, sang Imam berkata dengan meyakinkan, “Laki-laki pertama melakukan zina dengan keyakinan bahwa perbuatannya itu benar. Maka dia telah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. Dia termasuk murtad, keluar dari Islam. maka ia berhak dipancung.”
“Laki-laki kedua,” lanjut sang Imam, “ia merupakan suami dari seorang istri. Maka ia berhak mendapatkan hukuman rajam.”
Sedangkan laki-laki ketiga, tutur penulis kitab al-Umm ini, “Ia merupakan seorang lajang. Maka baginya hukuman cambuk seratus kali.”
“Laki-laki keempat ialah budak, maka baginya hukuman cambuk sebanyak lima puluh kali.” jelas murid Imam Malik bin Anas ini.
“Dan laki-laki kelima,” pungkas laki-laki yang dibolehkan memberikan fatwa saat baru memasuki usia lima belas tahun ini, “merupakan orang gila. Dia tidak mendapatkan hukuman apa pun.”
Masih banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh sekelompok orang yang dengki kepada Imam asy-Syafi’i dalam kesempatan tersebut. Sang Imam berhasil menjawab dengan tuntas, lalu Khalifah Harun ar-Rasyid memberikan kesempatan kepada beliau untuk memberikan pertanyaan balik.
Ironis, mereka yang berkelompok dan sok pandai itu tidak mampu menjawab satu pertanyaan dari Imam asy-Syafi’i Rahimahullahu Ta’ala. Maka atas kecerdasan sang Imam, Khalifah Harun ar-Rasyid memberikan hadiah sebanyak seribu dirham. Imam asy-Syafi’i menerimanya dan membagikan seluruhnya kepada pembantu di istana Khalifah.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
Rujukan: Majalah Cahaya Sufi edisi 95 tahun 2016.