Lanjutan dari Enam Cara Perbarui Iman
Ziarah Kubur
Salah satu rahasia kecemerlangan generasi pertama kaum Muslimin adalah ingatan yang kuat akan kepastian mati. Alhasil, mereka jarang bercanda, mengindari santai, dan terus menerus melakukan amal. Pasalnya, mati datang dengan tiba-tiba, tanpa permisi, apalagi membuat janji terlebih dahulu.
Dengan ziarah kubur, maka seseorang akan mudah mengingat mati. Lalu, bayangkanlah apa yang sedang dialami oleh jenazah yang dikunjungi; jika saleh akan beroleh nikmat, jika zalim dan durhaka akan beroleh siksa kubur nan menyengat.
Di dalam kubur, semua jenazah diperlakukan sama. Entah penjual sayur, pedagan ikan, tukang panggul di pasar, penulis, kepala sekolah, pegawai negeri, bahkan seorang presiden atau mentri sekali pun; semuanya dikubur di dalam tanah yang sama tanpa pengecualian.
“Dengan ziarah kubur,” tulis Dr. Najih Ibrahim, “seorang ikhwan akan dapat memikirkan dosa-dosanya dan kekurangseriusannya dalam beramal.” Selain itu, “Ia dapat memusatkan seluruh pikirannya dalam masalah itu, kemudian berazam dengan sebenar-benarnya untuk bertaubat dan bersungguh-sungguh beramal dalam rangka menegakkan Islam.”
Kunjungi Orang Saleh
Abu Bakar ash-Shiddiq mengajak ‘Umar bin Khaththab mengunjungi Ummu Aiman. Kata Abu Bakar, “Mari mengunjunginya sebagaimana Rasulullah mengunjunginya.” Keduanya pun sampai di kediaman Ummu Aiman. Tiba-tiba, Ummu Aiman menangis.
Hibur Abu Bakar, “Tak usah menangis. Apa yang ada di sisi Allah Ta’ala lebih baik bagi Rasulullah.” Abu Bakar menebak bahwa kedatangan mereka berdua telah membuat Ummu Aiman mengingat Rasulullah, dan karenanya ia bersedih.
“Aku tahu itu,” jawab Ummu Aiman. “Lalu, mengapa kaumenangis?” tanya Abu Bakar. “Aku,” jelas Ummu Aiman, “menangis karena wahyu dari langit telah berhenti turun.” Mendengar jawaban Ummu Aiman, Abu Bakar ash-Shiddiq dan ‘Umar bin Khaththab pun ikut menangis. Ketiganya menangis bersamaan.
Mengunjungi orang saleh bisa melembutkan hati dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Selain itu, kita pun akan termotivasi untuk menapaki jejaknya hingga mendapatkan kemuliaan di akhirat berkat kesalehannya.
Ingatlah Hari-hari Allah
Bayangkan, kita sedang bersama Nabi dalam Perang Badar yang melegenda. Di sana, kita menebas leher musuh-musuh Islam. Di sana, kita membersamai Nabi dalam takbir, dan hentakan senjata yang menggetarkan lawan.
Bayangkan pula kita mengikuti Perang Uhud. Kemudian, di sana, kita terbunuh sebagai syuhada. Lantas, Nabi mengenali kita karena amal saleh yang pernah kita lakukan. Bayangkan pula bagaimana sedihnya Nabi lantaran kekalahan itu, betapa sakitnya fisik beliau, rontoknya gigi, dan mengalirnya darah sang Nabi.
Itulah hari-hari Allah Ta’ala; hari ketika Allah Ta’ala tunjukkan kuasa-Nya kepada orang-orang kafir. Seperti Perang Uhud, Perang Badar, hari Khaibar, Penaklukan Kota Makkah, Perang Yarmuk, Perang Qadisiyah, dan lain sebagainya.
Ingat-ingatlah hari penting itu, dan bayangkan bahwa kita terlibat bersama kaum Muslimin di dalamnya. [Pirman/Kisahikmah]