Dua sifat yang penting dimiliki oleh orang yang beriman adalah harapan dan takut. Berharap menjadi pendukung kebaikan dan bekahir di surga serta takut jika menjadi pendukung keburukan dan dijerumuskan ke dalam siksa neraka. Harap dan takut ini harus seimbang dalam diri seorang mukmin, agar hidup yang dijalani senantiasa dalam syariat Allah Ta’ala.
Faktor lainnya yang perlu diketahui adalah kaidah-kaidah penting yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallama tentang sunnatullah dan kaidah-kaidah kehidupan secara umum. Sunnatullah merupakan salah satu bukti Mahaadil-Nya Allah Ta’ala, sedangkan kaidah-kaidah umum yang disampaikan oleh Rasulullah adalah jaminan kesuksesan bagi umatnya di dunia dan akhirat.
Salah satu kaidah-kaidah umum itu, sebagaimana disebutkan oleh Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah saat menjelaskan Risalah al-Mustarsyidin tulisan Imam al-Harits al-Muhassibi yang mengutip penjelasan Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam kitab al-Fawa’id.
Murid utama Imam Ibnu Taimiyah ini menyampaikan kaidah penting yang bisa dijadikan sarana evaluasi diri. Dari kaidah ini, kita bisa berkaca pada nurani; apakah kita diciptakan untuk menjadi penghuni surga ataukah diciptakan untuk merasakan pedihnya siksa neraka yang menyala apinya.
“Orang yang diciptakan oleh Allah Ta’ala untuk menjadi penghuni surga,” tulis Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah, “dukungan yang diberikan kepadanya berupa hal-hal yang tidak disukai.”
Kaidah ini merujuk pada sebuah hadits Jibril yang diperintah oleh Allah Ta’ala untuk melihat surga. Mulanya, Jibril mengatakan, tiada satu orang pun, melainkan amat berhasrat untuk menjadi ahli surga. Selanjutnya, Allah Ta’ala memberi hiasan di sepanjang jalan menuju surga, lalu malaikat Jibril ‘Alaihis salam diperintah masuk ke dalamnya.
Setelah melihat hiasan-hiasan di sepanjang jalan menuju surga, imamnya para malaikat ini menyampaikan kesaksian; sungguh aku khawatir jika tidak seorang pun mampu melewati ujian-ujian hingga bisa masuk ke dalam surga.
Itulah tabiat utama surga. Jalannya terjal. Banyak duri di sepanjang rutenya. Berliku. Penuh tipu daya. Banyak godaan.
Dalam kehidupan nyata, kita bisa menjumpai, berapa banyak orang yang enggan menuju masjid hanya karena asyik menonton sinetron atau drama? Betapa sedikitnya orang yang bersedekah karena khawatir kemiskinan menghampirinya?
Pun dengan amalan-amalan lain yang bisa mengantarkan orang-orang beriman menggapai surga-Nya. Semuanya dihiasi ujian, cobaa, sukar, dan ketidakenakan lainnya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]