Di antara misteri hidup yang sering diperbincangkan adalah tentang kematian. Semua orang sepakat bahwa mati tidak bisa diprediksi terkait waktu dan dalam keadaan seperti apa seseorang akan dicabut nyawanya. Padahal, ada satu kaidah yang dipercaya atau tidak, bisa dijadikan salah satu cara mengetahui bagaimana kelak seseorang akan menghadapi maut.
Lekat dalam ingatan kita, dan sering dijumpai, ada orang yang meninggal ketika berada di tempat karaoke atau hiburan lainnya. Ada yang bersama pasangan halalnya, bersama pacar haramnya, sebagian lain sendirian, bahkan ada yang tengah menenggak minuman keras.
Jika dirunut ke belakang, percayalah bahwa mereka sudah membiasakan diri dalam kehidupan di tempat-tempat yang kurang diperkenankan itu.
Kita juga disuguhi berita kematian seseorang saat dirinya tengah berzina. Bahkan, ada di antara mereka yang tak bisa dipisahkan, meninggal dalam keadaan berhubungan badan secara haram.
Andai diteliti kehidupannya, kita akan menjumpai bahwa zina sudah menjadi kebiasaan mereka. Zina adalah bagian hidupnya, sehingga seperti itulah mereka dimatikan. Na’udzubillah.
Sebaliknya, kita juga dibuat terkagum-kagum iri ketika mendengar kisah orang beriman yang wafat dalam keadaan beribadah. Ada yang dicabut nyawanya saat berhaji, berdiri, rukuk, dan sujud dalam shalatnya, atau terkena serangan musuh di medan jihad.
Percayalah, mereka tidak akan dimatikan dalam keadaan demikian, kecuali lantaran kebiasaan yang sudah mendarah daging dalam kehidupannya.
Bukankah orang-orang yang tidak pernah shalat, misalnya, akan sangat berat mendatangi masjid dan mendirikan shalat berjamaah? Jika demikian, mungkinkah orang-orang ini akan meninggal dalam kondisi sujud? Mungkin. Tapi, amat kecil kemungkinannya.
Yang lebih netral, kita juga sering menjumpai seorang pemain olah raga yang meninggal saat bertanding, seorang pemusik yang mati saat tampil di konser, dan lain sebagainya.
Inilah yang menjadi tafsir dari sebuah kaidah, “Bagaimana seseorang menjalani hidup, seperti itulah kelak dia dimatikan. Dan seperti apa seseorang dimatikan, seperti itu pula kelak dia akan dibangkitkan.”
Jika pun ada pelaku maksiat yang dimatikan dalam keadaan baik, hal itu merupakan bentuk Rahmat Allah Ta’ala. Kita tidak diperkenankan berharap akan seperti peristiwa itu. Bukankah yang biasa melakukan kebaikan pun tidak dijamin meninggal dalam keadaan baik? Apalagi yang biasa hidup dalam keburukan!
Mudah-mudahan Allah Ta’ala memberikan husnul khatimah kepada kita. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]