Ketika telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka seseorang wajib melakukan lima rukun Islam agar keislamannya sempurna. Hal inilah yang dilakukan oleh generasi pertama kaum Muslimin yang langsung dibimbing oleh manusia paling mulia, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Setelah mengucapkan syahadat tauhid dan syahadat rasul, mereka bergegas melakukan seluruh perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, tanpa tapi. Mereka adalah generasi yang tidak mendengar sebuah perintah, kecuali menjadi yang terdepan dalam melaksanakannya. Mereka melakukan itu sebagai bentuk kecintaan yang tulus dan ketaatan yang sempurna.
Pasalnya, jika seseorang berislam setengah-setengah, maka akhir hidupnya bisa menjadi amat mengenaskan. Kondisi inilah yang dialami oleh sebagian kecil kaum Muslimin di awal dakwah yang malu-malu mengakui keislamannya. Sebagai akibat malu dan gengsinya, mereka pun tidak ikut dalam rombongan jihad ke Madinah al-Munawarah.
Mirisnya, ketika berkecamuk perang Badar al-Kubra yang dimenangkan oleh kaum Muslimin, orang-orang Islam yang malu dan gengsi mengakui keislamannya ini justru tergabung dalam barisan pasukan kaum kafir dan terbunuh di tangan kaum Muslimin.
Mereka inilah yang menjadi sebab diturunkannya surat an-Nisa [4] ayat 97,
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri, malaikat berkata (kepada mereka), ‘Dalam keadaan bagaimanakah kamu ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami merupakan orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).’ Para malaikat berkata, ‘Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?’ Orang-orang itu tempatnya di neraka Jahannam. Dan Jahannam itulah seburuk-buruknya tempat kembali.”
“Al-Bukhari meriwayatkan,” demikian penjelasan Syeikh Abdullah Azzam terkait ayat ini, “sebab turunnya ayat ini ialah terbunuhnya beberapa orang beriman yang menyembunyikan keislaman mereka di Makkah.”
Lanjut Doktor Ushul Fiqih Universitas al-Azhar Mesir ini, “Mereka keluar bersama pasukan Abu Jahal pada peperangan Badar karena malu atau takut. Lalu, sebagian mereka terbunuh dalam peperangan tersebut. Hal itulah yang membuat para sahabat bersedih hati.”
Yang mendapat teguran dalam ayat ini adalah orang-orang yang memiliki kekuatan untuk hijrah, tapi enggan lantaran malu, gengsi, atau takut. Sedangkan kaum beriman yang lemah (tertindas), mereka diampuni Allah Ta’ala. Termasuk di dalamnya adalah orang beriman yang tertinggal dari rombongan hijrah dan tidak mengetahui jalan ke Madinah. Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]