Tiada agama yang diterima oleh Allah Ta’ala selain Islam yang menyelamatkan. Islamlah agama terbaik yang menyeluruh; mengatur semua sendi kehidupan manusia. Dalam Islam ada keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan dan kebaikan-kebaikan yang tak didapati pada selainnya.
Islam final di tangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Maka selepas beliau, tak ada lagi nabi apalagi Rasul. Bahkan Yahudi dan Nasrani pun diseru untuk mengimani apa yang dibawa oleh Nabi dari suku Quraisy yang tak bisa membaca dan menulis ini.
Ditegaskan dalam sebuah hadits, “Demi Rabb yang jiwaku berada di Tangan-Nya,” lanjut Rasulullah sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, “tidak ada seorang pun dari umat ini yang mendengar tentang diriku-baik dari golongan Yahudi maupun Nasrani-, lalu mereka meninggal dengan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya (Islam),” pungkas Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, “melainkan ia termasuk penghuni neraka.”
Maka hanya Islamlah yang bisa memasukkan seseorang ke dalam surga. Hanya Islamlah yang bisa membebaskan seseorang dari siksa neraka yang menyala apinya. Hanya Islamlah yang sanggup memberikan kebahagiaan abadi, kelak di akhirat-Nya.
Karenanya, bersyukurlah karena diberi hidayah Islam. Ridhalah dengan Islam sebagai agama yang kita peluk. Dan, manfaatkan nikmat Islam ini dengan sebaik-baiknya hingga ajal menjemput. Sebab akhir hayat adalah salah satu penentu dimasukkan atau tidaknya seseorang ke dalam surga-Nya.
Anas bin Malik mengisahkan seorang Bocah Yahudi yang terbiasa mengambilkan air wudhu dan membawakan sandal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Suatu ketika, bocah itu sakit. Hingga Nabi pun mendatangi rumahnya untuk menjenguk.
Ketika ditamui, ayah sang bocah tengah berada bersamanya. Maka Nabi pun mengambil tempat duduk di sisi yang berseberangan dengan sang ayah. Nabi berkata, “Wahai Fulan, ucapkanlah, ‘Tiada Tuhan yang hak disembah kecuali Allah Ta’ala.’”
Sang bocah yang polos itu pun melirik ayahnya. Namun, sang ayah hanya diam. Hingga Nabi mengulang perkataannya. Dan, si bocah kembali melirik ayahnya. Tak disangka, si ayah berkata, “Taatilah Abul Qashim.”
Sudah menjadi kebiasaan bahwa orang-orang Yahudi memanggil Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan sebutan Abul Qashim. Maka setelah mendapat izin dari ayahnya (dan tentunya Kehendak Allah Ta’ala), Bocah Yahudi itu pun berikrar suci, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan engkau (Muhammad) adalah utusan Allah.”
Selepas itu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari ini, Rasulullah bersabda, “Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah mengeluarkannya (Bocah Yahudi) dari neraka melalui aku.”
Semoga Allah Ta’ala kurniakan khusnul khatimah kepada kita semua. Aamiin. [Pirman]