Melalui ijtihad dakwahnya, Kanjeng Sunan Kalijaga menjadikan Punakawan sebagai karakter baru dalam pewayangan sehingga membedakan wayang jawa dengan wayang yang terdapat dalam Kitab Mahabarata. Ialah Semar yang merupakan perlambang agama, Petruk yang merupakan pengejawantahan ajaran pokok tasawuf agar seorang Muslim meninggalkan seluruhnya lalu menuju Allah Ta’ala, Bagong dan Nala Gareng.
Dalam buku Di Bilik Sebuah Kamar, Rachmatullah Oky yang merupakan salah satu alumni Pondok Pesantren Modern Gontor menjelaskan bahwa Bagong berasal dari kata Baqa dalam bahasa Arab yang bermakna kekal atau langgeng.
Kanjeng Sunan Kalijaga melalui Bagong hendak mengingatkan kaum Muslimin tentang hidup di dunia yang amat sementara atau seperti mampir minum dan segera melanjutkan perjalanan setelah haus sirna. Hidup bukan sebuah jamuan makan atau minum yang banyak gurauan dan obrolan. Hanya sejenak. Mengambil bekal untuk kembali. Pulang ke kampung halaman.
Ialah akhirat. Sebuah kehidupan yang kekal. Selamanya. Tiada akhir. Abadi.
Melalui karakter Bagong, kaum Muslimin diingatkan untuk senantiasa memurnikan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala. Memurnikan tauhid dengan tidak bertindak syirik. Tidak mempersekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu apa pun selain-Nya. Dialah yang haq disembah. Tiada Tuhan selain Allah.
Setelah memurnikan aqidah, hendaknya seorang Muslim senantiasa memurnikannya sepanjang waktu. Kemudian menghiasi hari di sepanjang hidupnya untuk beramal shalih. Amal shalih inilah yang merupakan perwujudan dari taqwa. Ialah yang disebut oleh al-Qur’an al-Karim sebagai sebaik-baik bekal.
Di sini pula terdapat kerumitan. Pasalnya, di dalam kehidupan yang sementara ini, kita diharuskan mengumpulkan sebanyak-banyaknya bekal untuk mengarungi kehidupan akhirat yang kekal, yang abadi, yang selamanya.
Maka kita, sebagai Muslim, harus senantiasa waspada. Sebab, dalam perjalanan hidup yang teramat singkat ini, kita senantiasa diintai oleh setan terlaknat. Setan tidak akan membiarkan kita berada dalam Islam dan iman serta ihsan. Setan akan senantiasa mengerahkan seluruh kemampuan dan membuat jalan untuk menggelincirkan kita, kaum Muslimin dan umat manusia secara umum.
Mudah-mudahan kita diberi kekuatan untuk istiqamah. Mudah-mudahan kita senantiasa berada di jalur yang diberkahi. Semoga Bagong benar-benar menjadi pengingat akan kemestian yang seharusnya kita jalani.
Mari bergegas menuju akhirat sebagaimana tujuan yang disematkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga saat menciptakan karakter Bagong.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]