Para sahabat Nabi adalah orang-orang yang paling bersegera dalam mempraktikkan ayat-ayat al-Qur’an. Mereka tidak beralih dari menghafal satu ayat menuju ayat berikutnya sebelum mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, mereka senantiasa menjadikan ayat-ayat tersebut sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan hingga kematian menjemput mereka.
‘Abdullah bin ‘Umar, sebagaimana dikisahkan oleh Amru Khalid dalam Siapa Membeli Surga, sangat terkesan dengan sebuah ayat dalam al-Qur’an tentang perintah berinfaq. Ayat ini pula yang menjadi salah satu sebab kebiasaannya mencari harta-harta kesukaannya untuk diinfaqkan di jalan Allah Ta’ala.
Pernah suatu hari, anak ‘Umar bin Khaththab ini menaiki unta terbaik miliknya. Ketika di dalam hatinya timbul perasaan takjub terhadap unta yang ditungganginya, ia pun segera turun. Ia berdiri agak lama di tepi jalan sembari menunggu orang yang lewat.
Terhadap siapa pun yang melewati jalan itu, ‘Abdullah memperhatikan dengan detail. Hingga dijumpailah sosok tua yang terlihat tak berpunya sedang berjalan kaki. Dihampirinya orang tua itu, lalu didudukkan di atas untanya. “Naiklah, wahai Bapak,” tutur ‘Abdullah, “sekarang, unta ini menjadi milik Anda.”
Duhai, adakah di antara kita pernah merasa bangga dengan sebuah sepeda, motor, atau mobil yang kita miliki, lalu melakukan perbuatan sebagaimana dikerjakan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab ini? Wallahi, jarak antara kita dengan mereka memanglah sangat jauh.
Dalam kesempatan lain, sahabat mulia ini menderita sakit dan ingin mengonsumsi anggur. Kepada salah satu sahabatnya, sang istri pun memberikan sekeping dirham untuk dibelikan anggur untuk suami yang disayanginya itu.
Sekembalinya ke rumah dengan membawa anggur, ‘Abdullah melihat sesosok kumal di depan pintu rumahnya. “Siapakah dia?” Lalu dijawab oleh sosok yang membelikan anggur, “Peminta-minta. Ia menginginkan anggur ini.”
Seketika itu juga, sebelum menyentuh apalagi menikmatinya, anak dari khalifah kedua kaum Muslimin ini berkata, “Berikan anggur ini kepadanya (peminta-peminta di depan pintu).”
Sang istri pun kembali memberikan sekeping dirham untuk dibelikan anggur. Rupanya, kejadian ini terulang tiga kali. Sahabat yang membelikan anggur diikuti oleh peminta-minta, lalu ‘Abdullah pun selalu memberikan anggur itu untuknya. Padahal, beliau menginginkan anggur itu.
Seperti inilah kehidupan orang-orang yang dirindukan surga. Mereka tak pernah memikirkan kenikmatan dunia untuk dirinya. Mereka merelakan semuanya demi menukarnya dengan surga yang abadi. Dan, ayat yang amat berkesan bagi sang ‘Abdullah anak ‘Umar bin Khaththab ini adalah surat Ali ‘Imran [3] ayat 92,
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” [Pirman/Kisahikmah]