Asal Mula Agama Nasrani menurut Imam Ibnu Katsir

0

Di dalam Tafsirnya, Imam Ibnu Katsir menjelaskan secara ringkas asal-usul agama Nasrani ketika menafsirkan surat Ali ‘Imran [3] ayat 55-58. Berikut ringkasannya.

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۖ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

(Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.” (55)

فَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ

Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong. (56)

وَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (57)

ذَٰلِكَ نَتْلُوهُ عَلَيْكَ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ

Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Quran yang penuh hikmah. (58)

Setelah Allah Ta’ala mengangkat Nabi ‘Isa ‘alaihis salam, kaum Bani Israil yang ditinggalkan terbagi menjadi dua. Pertama,  kelompok orang yang beriman; yakni meyakini bahwa Nabi ‘Isa adalah hamba dan utusan Allah Ta’ala.

Kedua, kelompok yang berlebih-lebihan dan menganggap ‘Isa ‘alaihis salam sebagai anak Tuhan karena tidak memiliki ayah, dan memiliki banyak mukjizat. Seperti, mampu berbicara ketika masih bayi, menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan orang yang berpenyakit buta sejak lahir, dan sebagainya.

Kelompok ini tenggelam di dalam kesesatannya selama tiga ratus tahun hingga muncullah seorang Raja Yunani yang bernama  Constantine.

Atas kekuasaan yang dipegangnya itu, Constantine melakukan banyak perubahan terhadap ajaran Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Terang Ibnu Katsir, “Ia pun mengubah, menambah, dan mengurangi beberapa ketetapan yang ada dalam agama Nabi ‘Isa ‘alaihis salam (Tauhid).”

Selain itu, ia juga membuat banyak undang-undang dan amanah yang diperuntukkan bagi umat Nasrani. Komentar Ibnu Katsir, “Yang sebenarnya (undang-undang dan amanah itu) hanyalah pengkhianatan yang hina.”

Di antara ajaran yang disebarkan oleh Constantine yang membangun kota Konstantinpel yang dikaitkan dengan namanya, antara lain: Daging babi halal, shalat menghadap ke arah timur, tempat ibadah (gereja, tempat-tenpat ibadah, biara) diisi dengan patung (yang diklaim sebagai) Nabi ‘Isa, melakukan puasa sepuluh hari sebagai sebuah mekanisme penebusan dosa.

Constantine ini diikuti oleh beberapa kerajaan dari kalangan mereka. Dan, akhirnya mereka melakukan penekanan dan penindasan terhadap kaum Yahudi. Oleh Ibnu Katsir disebutkan, “Kaum Constantine ini sedikit lebih utama dari Yahudi; meski pada dasarnya mereka kafir.”

Kini, dalam kepercayaan Nasrani, Constantine disebut sebagai seorang pengacau karena dia adalah seoran filosof. Wallahu a’lam bish showwab.

Artikel sebelumnyaOrang Sepertiku Mau Meminta Surga?
Artikel berikutnyaInilah Redaksi Surat Rasulullah kepada Heraclius