
Islam bukanlah agama ritual semata. Islam adalah ajaran menyeluruh yang meliputi semua aspek kehidupan dan ibadah. Kesempurnaan seseorang dalam berislam hanya bisa didapatkan ketika bisa mensinergikan amalan ritual dengan amalan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Karenanya pula, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam pernah bersabda bahwa orang yang paling baik adalah yang paling banyak manfaatnya untuk sesama manusia.
Dalam kondisi-kondisi tertentu, amalan sosial lebih ditekankan daripada amalan ritual. Tentunya, akan lebih baik jika amalan sosial ini dilakukan oleh mereka yang baik amalan ritualnya. Sebagaimana pribadi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam dan sahbatnya yang terdepan dalam amal ritual dan senantiasa menjadi contoh dalam amalan-amalan sosial terkait hak sesama manusia.
“Manusia yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat,” Rasulullah bersabda. Lanjut beliau, “Amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah membahagiakan orang lain dan meringankan bebannya, atau melunasi hutangnya, atau memberinya makan untuk menghilangkan raa laparnya.”
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ini, “Sunnguh,” lanjut Rasulullah, “aku lebih suka berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk kucukupi kebutuhannya daripada iktikaf di masjid selama sebulan.”
Inilah di antara riwayat yang menyebutkan betapa mulianya amalan sosial hingga bisa melebihi keutaman amalan ritual. Padahal amalan ritual sendiri, dalam banyak riwayat disebutkan memiliki jutaan keutamaan yang sulit disamai oleh amalan sosial apa pun, sebab pelaku amalan sosial tersebut tidak beriman kepada Allah Ta’ala dan mendustai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam.
Di dalam hadits panjang yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam melanjutkan, “Barang siapa yang menahan marah, Allah Ta’ala akan menutup auratnya. Barang siapa yang menahan marah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, Allah Ta’ala akan akan memenuhi hatinya dengan Ridha-Nya pada Hari Kiamat.”
“Barang siapa berjalan bersama saudaranya untuk mencukupi kebutuhannya,” balasannya adalah, “maka Allah Ta’ala akan meneguhkan langkahnya di hari langkah-langkah kaki banyak yang tergelincir.”
Pungkas Nabi berpesan, “Sesungguhnya akhlak yang buruk merusak amalan sebagaimana cuka merusak madu.” [Pirman]