Lanjutan dari 7 Cara Mengajar Ala Rasulullah yang Wajib Diketahui Para Pendidik (2)
Isyarat
Dalam mendidik, lakukanlah sepenuh hati dan jiwa. Jangan setengah-setengah. Totalitas. Pendidik yang sungguh-sungguh akan senantiasa belajar dan memperbaiki kualitas diri dan metode yang digunakan untuk mengajar.
Mereka menyampaikan materi ajar dengan seluruh anggota badannya, bukan hanya kalimat yang meluncur dari lisannya. Mata, ekspresi wajah, tangan, kaki, bahkan seluruh tubuhnya digerakkan secara berkala sehingga peserta didik memperhatikan dengan sepenuh jiwa.
Rasulullah, sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat, merupakan pendidik yang mengerahkan seluruh jiwanya saat menyampaikan ajaran. Alhasil, para sahabat turut merasakan panas dan siksa saat beliau mengisahkan neraka, dan menikmati sejuk serta jamuan nyaman ketika beliau menuturkan soalan surga yang penuh dengan kebahagiaan.
Bagaimana dengan kita? Jangan-jangan, ngomong saja tidak jelas intonasinya. Astaghfirullah.
Sarana untuk Memperjelas
Pernah suatu ketika, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam membuat sebuah garis di tanah saat menjelaskan sebuah bab tentang kematian dan dunia. Dengan gambaran, para sahabat lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Para pendidik hendaknya bersifat kreatif demi memahamkan peserta didik. Jangan monoton. Jangan membosankan. Manfaatkan teknologi yang ada. Usahakan sebisa mungkin. Dan aktiflah dalam memperbaiki diri.
Dahulu, saat belajar berhitung, peserta didik disuruh untuk membawa sarana pendukung berupa lidi yang dipotong-potong kecil dalam jumlah yang banyak. Dengan demikian, perkalian, pembagian, dan operasi matematika lainnya bisa dikerjakan dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
Kini, zaman semakin canggih. Tiada lagi alasan untuk bermalas diri, apalagi mencari pembenaran atas kekurangan yang tak segera diperbaiki.
Bertanya
Berikan umpan balik. Jangan sibuk menjadi pusat perhatian lalu melupakan anak didik. Berikan kesempatan kepada mereka untuk menjelaskan dengan melontarkan pertanyaan. Bisa berupa mengulangi penjelasan, atau mengajak mereka untuk berpikir kritis.
Terkait angka, kejadian, tempat, dan lain sebagainya. Tanyakan kepada anak didik di sela-sela penjelasan atau setelah uraian selesai. Tunjuk sau-satu, bergantian, secara mengejutkan.
Dengan metode ini, semua siswa akan memperhatikan dengan cermat. Semua peserta didik akan selalu fokus dan mengikuti detail pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Sebaliknya, jika Anda sibuk unjuk kecerdasan diri dan tak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau menjawab pertanyaan, percayalah bahwa kelas dan pengajaran Anda akan sangat membosankan.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]