Secara sederhana, ikhlas dimaknai sebagai amalan yang dikerjakan hanya untuk Allah Ta’ala seraya meneladani amalan-amalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, baik dalam ucapan maupun tindakan. Ikhlas merupakan salah satu amalan hati yang sukar untuk dikerjakan, meski amat mudah untuk diucapkan atau dituliskan.
Meski demikian, ikhlas memiliki atsar. Ialah bekas yang terasa sejak sebelum, ketika, dan setelah melakukan amalan. Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri khas yang tidak didapati dalam diri mereka yang beramal secara pamrih.
H Karman dalan Hikmah Republika berjudul Mengukur Keikhlasan menjelaskan 3 hal yang bisa dijadikan parameter, apakah seseorang melakukan ibadah dengan ikhlas atau sebaliknya.
Pertama, hatinya bahagia.
Ciri ini terjadi setelah melakukan amal. Ada semacam kelegaan unik yang benar-benar dirasakan di dalam hati setelah selesai melakukan amal. Sebaliknya, ada perasaan yang kurang bahkan merasa bersalah saat luput dari mengerjakannya.
Perasaan bahagia setelah melakukan amal ini dilanjutkan dengan ungkapan syukur. Berterima kasih kepada Allah Ta’ala lantaran kesadaran penuh bahwa tiada daya dan upaya untuk melakukan amal dan menggapai ikhlas, kecuali karena Pertolongan Allah Ta’ala.
Kedua, tidak berharap balasan dari makhluk.
Manusia memiliki kecenderungan meminta imbalan atas kebaikan yang dia lakukan. Namun orang-orang yang ikhlas benar-benar melakukannya karena cinta, sehingga luput memikirkan balasan.
Selain memahami bahwa Allah Ta’ala Mahaadil dan pasti memberikan balasan, mereka sangat tidak tertarik dengan balasan dari makhluk karena sifatnya sementara dan seringkali berharap balasan serupa kelak di kemudian hari.
Ketiga, melupakan amal shalih yang dia kerjakan.
Orang ikhlas tak pernah mengungkit kebaikan yang dia kerjakan. Dia tidak pernah menuntut, pun jika orang yang mendapatkan kebaikan darinya justru membalasnya dengan keburukan.
Seketika setelah melakukan amal, orang-orang ikhlas langsung melupakannya, kemudian melabuhkan harapan balasan hanya dari Allah Ta’ala. Dia pasrahkan semuanya kepada-Nya. Lalu mengiringinya dengan memohon ampun, sebab memahami bahwa amalnya tidak sempurna. Banyak kekurangan di sana sini.
Dengan demikian, orang yang ikhlas, kelak akan kaget di akhirat, saat mendapati balasan Allah Ta’ala yang jauh lebih baik dari apa yang dia perkirakan.
Semoga Allah Ta’ala memilih kita untuk menjadi pribadi yang ikhlas, yang beramal hanya untuk mengharapkan ridha-Nya. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]