Mari berterima kasih dan lantunkan doa kepada lelaki ini. Meski tak disebut namanya, semoga Allah Ta’ala memberikan tempat terbaik kepadanya di sisi-Nya. Pasalnya, dari lelaki yang bertanya, “Ya Rasulullah, amalan apakah yang bisa membuatku masuk ke dalam surga?” ini, kita mengetahui empat amalan yang digaransi Nabi bisa memasukkan kita ke dalam surga-Nya Allah Ta’ala.
Apakah empat amalan tersebut?
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ayyub al-Anshari. Seorang laki-laki mendatangi Nabi menanyakan amalan-amalan yang bisa memasukkannya ke dalam surga. Kemudian, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda, “Beribadahlah kepada Allah Ta’ala dan jangan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan sambunglah tali persaudaraan.”
Menjelaskan hadits ini, Dr. Muhammad ‘Ali Hasyimi mengatakan, “Dari hadits di atas disebutkan bahwa menyambung tali persaudaraan (silaturahim) berada pasa posisi yang sama dengan ibadah kepada Allah Ta’ala, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat.”
“Maka dari itu,” lanjutnya sebagaimana terdapat dalam Membentuk Pribadi Muslim Ideal menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, “menyambung tali persaudaraan merupakan bagian dari amal saleh yang dapat menjamin siapa saja yang melakukannya akan mendapatkan surga dan terhindar dari api neraka.”
Kemudian, Dr. Muhammad ‘Ali Hasyimi mengutip sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali persaudaraan.”
Keempat amalan yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini juga menjadi tafsir akan dua hubungan yang seharusnya dijalin oleh seorang hamba. Ialah hablum minallah (hubungan baik dengan Allah Ta’ala) yang dilambangkan dengan ibadah (tidak berlaku syirik) dan mendirikan shalat, serta hablum minannas (hubungan baik dengan manusia) berupa menunaikan zakat dan menyambung hubungan persaudaraan.
Hablum minallah yang bagus sudah pasti akan berdampak baik dalam amalan nyata, hablum minannas. Dan, jika terdapat ketimpangan dalam salah satunya, dipastikan ada yang tidak beres dalam diri seorang hamba.
Sebab memang, seorang hamba diutus sebagai khalifah yang tugas utamanya menyembah kepada Allah Ta’ala dan memakmurkan bumi dengan kerja-kerja yang semakin mendekatkan diri dan sekitarnya kepada Allah Ta’ala. [Pirman]