Waspadalah dengan Siksa yang Disegerakan

0

Sama dengan balasan atas kebaikan yang kita lakukan, akibat buruk atas dosa yang dikerjakan pun bisa disegerakan jika Allah Ta’ala Menghendakinya. Di dalam siksa yang disegerakan itu, terdapat hikmah yang banyak bagi kaum yang beriman.

Balasan atas keburukan diberikan oleh Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya dari semua golongan. Mulai dari para Nabi hingga manusia biasa.

Dari kalangan para Nabi, misalnya, ada sosok Yunus bin Matta ‘alaihis salam yang meninggalkan kaumnya tanpa meminta izin atau perintah dari Allah Ta’ala. Alhasil, beliau dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam perut ikan selama beberapa waktu.

Di dalam perut ikan tersebut, Allah Ta’ala mengilhaminya untuk senantiasa meminta ampun dengan mensucikan nama-Nya. Sehingga, Nabi Yunus pun diampuni dosanya dan dikeluarkan dari perut ikan.

Disebutkan oleh Imam Ibnul Jauzi dalam Shaid al-Khatir, ada seorang ahli ibadah yang terperosok dalam bisikan nafsunya. Suatu hari, ia didapati tengah memerhatikan ketampanan seorang laki-laki. Oleh sang guru, ahli ibadah itu diingatkan, “Mengapa kamu menatapnya seperti itu?” Rupanya, empat puluh tahun kemudian, hafalan al-Qur’an sang ahli ibadah hilang tanpa bekas.

Duhai, betapa dosa ini memiliki dampak yang amat besar. Pasalnya, menatap sesama laki-laki disertai syahwat, di dalamnya terdapat dosa yang tak ringan sebagaimana kesesatan yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth ‘alaihis salam.

Yang lainnya, mengalami hal yang tak kalah peliknya. Sebab menghina seseorang yang rontok giginya, ia pun mengalami hal serupa. Kemudian, tatapan seorang laki-laki kepada wanita yang tak halal baginya, mengakibatkan istrinya dipandang dengan syahwat oleh lelaki yang tak disukainya.

Maka waspadalah. Perbanyaklah meminta ampun dan melakukan introspeksi diri. Sebab sudah pasti, amat banyak dosa dan kesalahan yang kita kerjakan; kemarin atau hari ini, besar atau kecil, disengaja ataupun tidak.

Pun, terkait hubungan kita dengan orang tua. Sebab, pernah kejadian seorang anak durhaka menyeret bapaknya. Lantas, bapak yang terseret itu pun meminta, “Sampai di sini saja.” Lanjut bapak itu menyampaikan, “Karena dulu, aku menyeret bapakku sampai di tempat ini.”

Maka saudaraku, mari berkaca pada hati. Lekas dan gegaslah meminta ampun kepada Allah Ta’ala atas semua dosa. Atas firasat yang tak terjaga, pikiran yang kerap kotor, lisan yang tak bersih dari ghibah, tangan yang sering usil, atau kaki yang kerap dilangkahkan ke tempat maksiat.

Semoga dengan kesadaran akan kesalahan, Allah Ta’ala akan ringankan balasan untuk kita; di dunia dan akhirat. [Pirman]

Artikel sebelumnyaBukti Bahwa Muhammad adalah Nabi Terakhir
Artikel berikutnyaKisah Taubatnya Orang Anshar setelah Murtad dan Berbuat Kemusyrikan