Kisah Heroik Panglima Muslim yang Mengislamkan Benua Afrika

0
sumber gambar: www.almomte3.com

Panglima ini lahir di Makkah al-Mukarramah satu tahun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Panglima ini masih satu garis keturunan dari sang ibu dengan panglima penakluk Mesir, Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu ‘anhu.

Merupakan anak dari Nafi bin Qais al-Fahri Quraisy, panglima ini diberi nama Uqbah bin Nafi. Namanya terkenal di seantero Afrika, bahkan patungnya berdiri gagah di Aljazair. Bukan main-main, laki-laki pemberani ini berhasil mendakwahkan Islam di seantero Afrika Utara, sebuah wilayah penuh padang pasir dengan kultur masyarakat yang tidak ramah.

Pengislaman yang dilakukan oleh sosok berjuluk ‘Penakluk Afrika’ ini dimulai dari Aljazair, Tunisia, Libya, dan Maroko, terus hingga ke tepi pantai Atlantik. Prestasi gemilang itu diukir oleh sang panglima pada abad pertama hijriyah. Ia dan pasukan kaum Muslimin memulainya dengan membangun pusat militer di sebuah lokasi yang dinamai Kairouan. Di tengah kota itu, beliau mendirikan sebuah masjid yang dinamakan Masjid Uqba, namun lebih terkenal dengan Masjid Agung Kairouan.

Tersebut dalam sebuah legenda, pasukan pimpinan panglima Uqba menemukan batu yang ternyata sebongkah emas. Emas tersebut pernah hilang di Makkah. Saat digali, terdapatlah sumber mata air bak zumur zam-zam galian malaikat Jibril sebagai mukjizat Nabi Ismail ‘Alaihis salam.

Dalam mendakwahkan Islam di benua hitam tersebut, panglima Uqba dan pasukannya tidak menemukan halangan yang berarti, karena izin Allah Ta’ala. Persoalan pelik baru timbul ketika ada pengkhianat. Ialah prajurit Muslim yang murtad lalu bersekongkol dengan Roma untuk menggulingkan kepemimpinan Uqba bin Nafi.

Ialah Kusalia yang memimpin pasukan Berber. Ia bergabung dengan pasukan Roma. Kalah jumlah pasukan, Panglima Uqba pun terjepit. “Saya ingin mati sebagai syuhada,” ujar Panglima Uqba yang disambut kalimat serupa oleh salah satu orang kepercayaannya, Abu Mahajer Dinar.

Qadarullah, keduanya menjemput takdirnya sebagai syuhada bersama 300 pasukannya. Jenazah kedua panglima besar kaum Muslimin yang mengislamkan benua Afrika ini dimakamkan di sebuah lokasi yang diberi nama Sidi Uqba, Aljazair.

Sejarah akan selalu seperti ini. Melahirkan pahlawan sejati. Jika pun ada pengkhianat, ia tak ubahnya sampah yang hanya dikenang buruknya. Sedangkan para pahalwan, ia akan semakin bersinar dan penuh pesona lantaran kegigihan dan kesungguhannya dalam melawan musuh.

Pertanyannya, di mana posisi kita? Masuk dalam barisan Muslim sejati atau menjadi sampah sejarah lantaran tak melakukan apa pun untuk umat ini?

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Rujukan: Mozaik Republika (25/1/2016)

Artikel sebelumnyaBeginilah Jawaban Malaikat Saat Pertama Kali Mendapatkan Salam dari Manusia
Artikel berikutnyaKisah Hidayah Mantan Pembenci Islam setelah 3 Tahun Lakukan Pencarian