Banyak hikmah yang tersebar di sekeliling kita. Karena itu pula, Nabi berwasiat agar kaum muslimin memungut hikmah, di mana pun dijumpainya.
Sebut saja namanya Pak Gopar. Beliau adalah satu hikmah yang dikutip oleh Ustadz Salim A Fillah dalam salah satu postingannya di sebuah Grup WhatsAp.
Bermula dari kelahiran putranya, Pak Gopar menceritakannya kepada kiyai Kholil Bisri Rembang yang waktu itu sedang berkunjung di dekat kediamannya di daerah Krapyak. Kata Pak Gopar, “Laki-laki, Mbah.”
Yang dilapori hanya diam sembari menunduk, lalu meminta dipijitin seperti biasa.
Berselang jenak, Kiyai Kholil bertanya, “Dulu bapakmu rajin tirakat, Par?” Yang ditanya menjawab segera, “Iya, Mbah Kiyai. Bapak rajin Puasa Daud.”
Seperti direncanakan, Mbah Kiyai langsung menimpali dalam bentul sindiran, “Bapakmu rajin puasa sunnah aja jadi anaknya seperti kamu ya? Gimana nanti anak kamu?”
Tak disangka, perkataan kiyai Kholil ini menjadi pelecut semangat bagi Gopar. Persis setelah kejadian itu, Gopar senantiasa menjalankan puasa sunnah Daud hingga lima belasan tahun lamanya. Karenanya pula, usaha yang dijalankan oleh Gopar di bilangan Krapyak dinamai dengan Tahu nDawud.
Suatu hari, lanjut penulis Lapis-lapis Keberkahan dalam kisahnya ini, Gopar pernah menyampaikan nasihat bijak terkait menjalin kedekatan dengan Allah Ta’ala.
Kara Gopar, “Jika kita tidak merindukan Allah Ta’ala dan bahagia menyembah-Nya sejak waktu Ashar, bagaimana mungkin akan terbangun di sepertiga malam terakhir untuk sholat tahajud?”
Begitulah. Nasihat yang amat logis, sederhana, sarat hikmah, namun sukar untuk dijalani. Nasihat yang menggerakkan, sebab yang menyampaikan sudah terlebih dahulu menjalankannya.
Dalam kesempatan lain, Gopar kembali menyampaikan perenungan-perenungan spiritualnya. Bahwa kebahagiaan orang yang berpuasa, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi, terdapat di dua waktu: saat berbuka dan ketika bertemu Allah Ta’ala.
Nah, tutur Ghopar, shalat itu sarana untuk bertemu dengan Allah Ta’ala. Maka, “Kalau mau merasa bahagia saat shalat, ya harus diiringi dengan puasa.”
Demikianlah petuah bijak Ghopar. Kalimat yang sarat hikmah itu, hanya bisa keluar dari lisan orang beriman pilihan Allah Ta’ala. Merekalah orang-orang yang berhasil memaknai hidup dan memanfaatkannya untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. [Pirman]