Hari itu, seorang laki-laki bergegas menemui Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Laki-laki ini mengisahkan perjalanan hidup yang dia hadapi. Semuanya dipenuhi masalah. Rumit. Tidak bertepi. Tanpa ujung.
Dadanya terasa amat sempit karena tumpukan persoalan. Semakin mencari solusi, dia justru mendapati masalah-masalah baru yang tidak pernah terpikirkan. Laki-laki ini berada pada kondisi galau akut yang benar-benar membuatnya merasa tidak kuat untuk melanjutkan hidup.
Usai mendengarkan keluhan si laki-laki, menantu sekaligus sahabat terbaik Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam ini meminta izin, “Wahai Fulan, bolehkah aku menyampaikan dua pertanyaan kepadamu?”
“Tentu saja. Silakan. Sampaikan pertanyaannmu.” jawab si laki-laki.
“Apakah engkau lahir ke dunia ini dengan membawa masalah-masalah tersebut?” tanya suami dari Sayyidatina Fathimah binti Muhammad.
“Tentu tidak!” jawab si laki-laki. Lugas.
“Apakah kelak jika mati, persoalan-persoalan hidup itu akan mengikutimu?” ujar anak Abu Thalib kedua kali.
“Tentu tidak!” ujar si laki-laki.
“Jika demikian, mengapa engkau bersedih atas sesuatu yang tidak engkau bawa saat datang (hidup di dunia) dan tidak mengikutimu ketika pergi (hidup di alam akhirat)? Bersabarlah atas urusan dunia.” tegas Sayyidina Ali.
Dalam kelanjutan riwayat ini, sepupu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam ini menyampaikan nasihat agar si Fulan (dan kaum Muslimin pada umumnya) meluaskan pandangan ke arah depan, alam akhirat. Jangan sibuk dengan urusan bumi (dunia). Sebab jika seseorang mengutamakan akhirat dan tidak fokus dengan dunia, maka ia akan mendapatkan apa yang dikehendaki.
Lagi pula, dunia dan seluruh persoalannya amat tak layak untuk diprioritaskan hingga seseorang galau karenanya. Sebab dunia dan seluruh isinya berada dalam Kekuasaan Allah Ta’ala. Dia telah membagi jatah rezeki dengan sangat sempurna dan mengatur seluruh persoalan hidup makhluk-Nya.
Ingatlah, hidup hanya berada dalam dua kondisi; lapang/mudah/bahagia atau sempit/sukar/sedih. Semuanya dipergilirkan. Sehingga hidup pun cukup dengan dua kiat nan sangat sederhana; sabar saat ditimpa duka, ujian, dan kesempitan atau bersyukur ketika mendapatkan kelapangan, kemudahan dan kebahagiaan.
Saat masalah kehidupan terasa benar-benar menyesakkan dada dan mengimpitmu, cobalah ulang-ulang dua pertanyaan penuh hikmah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib ini. Jika berhasil menjawabnya dengan jernih, insya Allah masalah tinggallah masalah. Masalah itu tidak akan pernah merenggut kebahagiaanmu. Selamanya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]