Bacalah al-Qur’an; di dalamnya terdapat kabar gembira dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Di sana tersedia penawar penyakit ruhani dan fisik bagi pembacanya. Siapa yang membacanya dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkan, dijanjikan baginya syafaat di Hari Kiamat kelak.
Setelah cukupkan diri dengan kalam Allah Ta’ala, tambahi dengan keutamaan kitab-kitab ulama’ Rabbani yang ikhlas karena Allah Ta’ala. Merekalah sosok-sosok yang menulis dengan kejernihan hati dan ketajaman pikiran untuk diri sendiri, generasinya, juga umat setelahnya.
Motivasi mereka terbang meninggi ke langit dan melejit jauh ke akhirat. Mereka tak sedikit pun berpikiran tentang recehan royalti atau keterkenalan sebab tulisannya diperbincangkan. Itulah sebabnya, karya mereka abadi menembus relung jiwa dan melampaui batas zaman.
Satu di antaranya adalah tulisan Imam Ibnul Qayyim al-Jaziyah, ‘Uddatush Shabirin. Kitab monumental yang sarat hikmah ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonsia dengan judul Bekal untuk Orang-orang yang Sabar yang dicetak tahun 2010.
Di dalam lembaran-lembaran setebal empat ratusan halaman ini, kita akan mendapati jutaan hikmah dari banyak riwayat yang dikutip oleh murid utama Imam Ibnu Taimiyah ini. Beliau amat detail dalam mengamati kehidupan, kemudian merumuskannya kepada generasi setelahnya.
Tak melulu mengutip riwayat kebaikan, sesekali beliau juga menyediakan fenomena kekonyolan sebagian mereka yang mengaku atau diakui sebagai orang shaleh, namun akhlaknya amburadul. Bahkan di antara mereka ada yang dengan sengaja menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menelikung ajaran-ajaran Allah Ta’ala dalam Kitab Suci dan hadits mulia dari sang Nabi.
Misalnya, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan kisah seorang laki-laki yang berduaan dengan wanita bukan muhrimnya. Lalu, ketika hendak menggaulinya, lelaki itu berkata, “Nona, tutupilah wajahmu. Karena melihat wajah wanita bukan mahram hukumya haram.”
Mereka inilah orang-orang yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim sebagai sosok yang mampu menghindari minuman keras atau setetes najis, tapi berani bahkan menyiasati banyak hal untuk melakukan kejahatan kelamin yang amat diharamkan.
Selain itu, ada juga sosok yang sibuk dengan bertanya hukum membunuh hewan-nyamuk,misalnya. Namun ia sibuk mendukung musuh-musuh Allah Ta’ala yang membunuh kaum muslimin secara biadab di berbagai negeri.
Persis seperti yang dialami oleh ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab ketika didatangi seseorang yang menanyakan hukum membunuh seekor nyamuk. Maka jawab anak ‘Umar ini, “Lihatlah mereka itu. Mereka bertanya kepadaku tentang darah nyamuk. Padahal mereka telah membunuh cucu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (Sayyidina Husain).”
Kini, orang-orang jenis ini semakin banyak jumlahnya. Dan, semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari jahatnya perbuatan yang mereka lakukan. [Pirman]