Setelah berlinang air mata saat memanjatkan pinta kepada Tuhan Yang Mahakuasa, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar dari tenda. Di hadapannya, dua pasukan tengah bertemu. Pasukan Muslimin-Mukminin tunai berhadap-hadapan dengan rombongan kafir Quraisy.
Pada hari yang disebut juga Yaumul Furqon itu, kebenaran tengah mencari pangung. Jika saat itu kebenaran kalah, mengutip doa Nabi yang mulia, niscaya tak ada lagi manusia yang menyembah hanya kepada Allah Ta’ala.
Muhammad bin Abdullah kemudian mengambil segenggam debu. Di tangan laki-laki suci ini, semua yang dianggap hina bisa menjadi mulia bahkan sakti tiada banding. Ia melemparkan debu itu ke arah kaum kafir Quraisy Makkah.
“Buruk sekali muka-muka mereka.” ucap sang Nabi sebagaimana dikisahkan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim surat Al-Anfal ayat 17.
Ajaib, segenggam debu itu bisa menyebar merata hingga mengenai seluruh wajah kaum kafir yang jumlahnya lebih dari seribu pasukan. Atas Kuasa Allah Ta’ala, debu itu ampuh dan benar-benar sakti.
“Tak seorang pun dari mereka (orang-orang kafir) kecuali terkena lemparan debu sehingga mereka sibuk mengurusi matanya dan lupa dengan keadaannya.” terang Imam Ibnu Katsir.
Karena sibuk dengan dirinya itu, kaum kafir lengah. Jumlah banyak tak berguna karena mereka kalah telak. Belum lagi dengan bala bantuan yang Allah Ta’ala datangkan berupa ribuan malaikat yang turun temurun.
Malaikat-malaikat itu terlihat oleh orang kafir dan orang mukmin. Banyak kesaksian, pasukan-pasukan kafir Quraisy dihabisi secara tragis oleh para malaikat.
Ada yang tiba-tiba mati, padahal tidak sedang berhadapan dengan orang-orang beriman.
Setelah melemparkan segenggam debu tersebut, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada para sahabatnya agar berlaku jujur. Yakni jujur dalam niat, jihad untuk Allah Ta’ala dan Nabi-Nya, juga berlaku jujur ketika berhadapan dengan musuh.
Salah satu episode jihad Badar ini juga menjadi penyemangat kaum Muslimin akhir zaman. Bahwa kemenangan merupakan hadiah dari Allah Ta’ala. Orang beriman hanya wajib berupaya dan melakukan sebaik-baik usaha.
Selebihnya, Allah Ta’ala punya kuasa. Sehingga dalam ayat ini disebutkan dengan sangat jelas, “Maka bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah-lah yang membunuh mereka. Dan bukan kamu yang melempar (debu) ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.” (Qs. Al-Anfal [8]: 17). [Kisahikmah/Mbah Pirman]