Kisah ini terjadi di zaman Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi. Kisah cinta yang dialami oleh seorang pedagang daun rami ini menjadi sebuah bukti nyata tentang makna cinta sejati. Meski berliku dan berlangsung dalam waktu yang lama, kesungguhan dalam menjaga kesucian cinta merupakan kunci bagi tergapainya keberkahan dalam pernikahan.
Laki-laki ini memulai berdagang di Syam. Daun rami merupakan salah satu kebutuhan dambaan warga Syam kala itu. Syam pada masa itu menjadi titik temu antara kaum Muslimin dengan Nashrani yang terikat perjanjian damai. Interaksi mereka berjalan dengan aman, dan saling menguntungkan.
Lain dengan pembeli dagangannya yang lain, laki-laki ini amat tertarik dengan seorang wanita Eropa, istri seorang Kavelari. Setiap kali berbelanja, wanita Eropa datang bersama seorang perempuan tua. Sehari, dua hari, hingga berhari-hari berikutnya, si laki-laki makin tergila-gila dengan kecantikan wanita Eropa itu.
Ia berkata kepada wanita tua, “Sampaikan kepadanya, aku mencintai kecantikannya.” Wanita tua ini pun menyampaikan hal itu. Keduanya pun menyepakati satu waktu untuk berduaan. Kata si laki-laki, “Aturlah waktu agar aku bisa berduaan dengannya. Aku akan membayar berapa pun yang kau minta.”
Wanita tua menghajatkan 50 dinar sebagai bayaran. Si laki-laki memberi bayaran tunai. Malam harinya, dia berduaan dengan si wanita Eropa yang cantik jelita pujaan hatinya.
Saat malam beranjak larut, ia berada di sebuah tempat romantis. Hanya berdua. Dadanya bergemuruh, detak jantungnya bertambah. Setan saling mendatangi, menggoda si laki-laki agar berzina dengan wanita Eropa itu.
Di tengah kecamuk syahwat yang mendesak-desak, laki-laki ini menatap ke langit. Ingatannya tertuju kepada Allah Ta’ala. Dalam hatinya, dia menyadari sebagai orang asing di negeri Syam, dan wanita yang di sebelahnya pun seorang Nashrani. Dia tahu, jika berzina, maka siksa dunia dan akhirat siap menelannya.
“Ya Allah,” katanya di dalam hati, “malam ini, aku meminta Engkau untuk menjadi saksi bahwa aku menjaga kehormatanmu dari wanita Nashrani ini. Aku malu terhadap-Mu dan takut terhadap hukuman-Mu.”
Beberapa saat setelah mengucapkan kalimat itu, sang laki-laki tertidur hingga pagi hari. Tiada yang terjadi, bahkan menyentuh pun tak sempat.
Pagi harinya, si wanita Eropa mendatangi tempat jualan si laki-laki bersama wanita tua sebagaimana biasa. Wanita tua marah-marah karena si laki-laki menyia-nyiakan kesempatan malam itu. Atas bisikan setan, si laki-laki menyampaikan penyesalan, lalu menyampaikan niat serupa untuk yang kedua kali.
Si wanita tua menyanggupi dengan satu syarat, si laki-laki harus membayar seratus dinar. Laki-laki ini menyanggupi. Ia memberikan seratus dinar. Tunai.
Malam harinya, di lokasi yang sama, keduanya kembali berduaan. Namun, (Bersambung ke Jika Kisah Cintamu Seperti Ini, Insya Allah Pernikahanmu Berkah (2)
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]