Begitu banyak cara Allah Ta’ala dalam mengantarkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya. Ada yang didatangkan dalam jumlah melimpah, sedikit demi sedikit, ditangguhkan hingga waktu tertentu, atau langsung diantarkan saat seorang hamba baru menginginkannya.
Namanya Bambang. Dia sangat yakin bahwa keberkahan rezeki tidak terletak pada besarannya. Menurutnya, berkahnya rezeki terkait erat pada bagaimana seseorang mensyukurinya.
Seberapa pun jumlahnya, ketika disyukuri, maka Allah Ta’ala akan menghadirkan perasaan cukup kemudian menambahkan karunia-Nya. Sebaliknya, sesedikit apa pun rezeki yang dikaruniakan, tatkala seseorang mengufurinya, maka jumlah itu amat menyiksa baginya.
Selepas Dhuhur, Bambang berniat menjalanlan sunnah tidur siang. Ia baru saja pulang bekerja. Saat adzan Ashar berkumandang, Bambang terbangun dan bergegas menjalanlan shalat Ashar. Lepas itu, sebab di luar juga hujan agak deras, ia bersantai di ruang tamu tanpa menyalakan televisi.
Tak berapa lama kemudian, Bambang memanggil istrinya. Rupanya, ia ingin meniknati senja bersama dambaan hatinya itu. “Bu,” kata Bambang memulai, “Hujan-hujan begini enaknya makan sop atau gulai kambing ya?”
Seketika itu juga, sang istri menukasi, “Gak usah menghayal, Pak.” Lanjutnya agak ketus, “Gajimu bulan ini saja sudah habits.”
Jawab Bambang santai sembari membenarkan sarungnya, “Lho… Memangnya Bapak meminta Ibu untuk masak sop atau gulai kambing?”
Merasa terjebak, sang istri menggeleng sembari tundukkan kepala. Lanjut sang suami, “Kita andaikan saja, Bu.” Jawab sang istri, “Kalau begitu,” ujarnya bersemangat, “gulai kambing saja.”
Tatkala sepasang suami-istri itu terdiam seketika dalam imajinasinya tentang gulai kambing, ada yang mengetuk pintu rumah. Perintah Bambang, “Bukain pintu, Bu. Ada tamu sepertinya.”
Sang istri pun bergegas membukakan pintu. Sempat terdengar percakapan setelah pintu dibuka, sang suami bingung sebab istrinya tak kunjung kembali. Lebih-lebih, meski dipanggil berkali-kali, sang istri tetap tak bersuara.
Guna mengetahui apa yang dialami oleh istrinya, Bambang pun bergegas menuju pintu. Saat didekati, istrinya sedang mematung sembari memegang sebuah mangkok ukuran sedang.
Bambang pun memegang pundak istrinya dengan rasa khawatir sembari bertanya, “Ada apa, Bu? Ibu kenapa? Siapa yang datang?”
Seraya membuka tutup mangkok, sang istri berujar lirih, berat dan gemetar, “Ini gulai kambing, Pak.”
Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallahu wallahu akbar.