Dalam Shaidul Khatir, Imam Ibnul Jauzi menuturkan kisah pendeta Bani Israil yang merasa heran kepada Tuhan. Ia mengaku langganan dan bergelimang dalam dosa, tetapi kok tidak mendapatkan hukuman dari-Nya?
“Ya Tuhan,” katanya suatu ketika, “sangat sering aku mendurhakai-Mu, tetapi mengapa Engkau tidak pernah menghukumku?”
“Sangat sering Aku menghukummu, tetapi engkau tidak mengetahui.” demikian jawaban yang diterima oleh si pendeta Bani Israil tersebut.
Si Pendeta lalu mengernyitkan kening sembari mencerna maksud jawaban tersebut. Benarkah selama ini ia telah dihukum namun tidak mengetahuinya? Apakah hukuman yang Dia berikan sehingga si Pendeta tidak merasakannya?
“Bukankah Aku telah mencerabut kelezatan bermunajat kepada-Ku dari dirimu?” lanjut jawaban tersebut.
***
Kenikmatan ibadah tidak akan pernah bisa dirasakan oleh mereka yang bergelimang maksiat, salah, dan dosa. Dalam tehap-tahap tertentu, dosa dan keliru yang menggunung merupakan sebab utama terhalangnya seseorang dari melakukan kebaikan dan amalan ketaatan.
Para pendahulu kita dari kalangan ulama dan orang-orang shalih amat memperhatikan hal ini dengan baik, meski sebagian kita bersikap angkuh dengan menolaknya. Diakui atau tidak, dosa merupakan sebab ketidakbaikan bagi seorang hamba dalam semua lini kehidupannya.
Seperti Usman An-Naisaburi yang sandalnya putus saat hendak mendatangi shalat Jum’at berjamaah. Ia memperbaiki sandalnya dalam masa yang lama sebelum melanjutkan perjalanan ke masjid.
Di tengah perbaikan terhadap sandalnya, Usman tersadar dan mengatakan, “Sandalku putus karena aku tidak mandi sunnah di hari Jum’at ini.”
Dalam riwayat lain juga disebutkan, dosa bisa dirasakan dari tunggangan masing-masing kita. Saat diri bergelimang dosa, kendaraan yang dinaiki pun turut bereaksi tak menyenangkan.
Jika dahulu unta, kuda, kedelai, atau kendaraan berupa hewan lainnya bereaksi atas dosa penunggannya dengan sukar dikendalikan, tidakkah kita menyadari dan mengakui bahwa bocornya ban motor atau mobil atau pengapnya angkutan yang dinaiki sebagai akibat atas dosa-dosa yang kita kerjakan?
Waspada dan berhti-hatilah. Karena dosa kita hari ini merupakan anak dari induk dosa yang kemarin kita lakukan. Dan perbanyaklah taat. Karena ketaatan kita hari ini akan melahirkan banyak anak-cucu ketaatan lain di kemudian hari. [Kisahikmah]