Beginilah Canda di Rumah Rasulullah Saw

0
ilustrasi @elhooda
ilustrasi @elhooda
ilustrasi @elhooda

Sepeninggal Ummu Khadijah binti Khuwailid, Rasulullah Saw menikah dengan banyak istri sekaligus. Dalam kesemua pernikahan itu, beliau memiliki alasan strategis di samping menjalankan perintah Allah Swt. Hal ini bisa dipahami karena beliau tidak pernah sekalipun melakukan sesuatu karena nafsu, tapi berdasarkan wahyu.

Istri pertama yang beliau nikahi adalah Saudah binti Zum’ah. Beliau menikahi sahabiyah mulia ini karena membutuhkan adanya sosok ibu untuk merawat Fathimah az-Zahra yang ketika itu masih belia sepeninggal sang ibu, Khadijah binti Khuwailid.

Tak lama kemudian, Rasul juga menikah dengan ‘Aisyah binti Abu Bakar, meski baru hidup serumah tiga tahun sebelumnya. Ketika kedua istri ini sudah hidup bersama di Madinah, ada kisah amat mencerahkan nan inspiratif tentang bagaimana keluarga Rabbani ini menjalani hidup yang diselingi canda tawa sebagaimana manusia pada umumnya.

Kala itu, datanglah Saudah binti Zum’ah ke rumah ‘Aisyah binti Abu Bakar. Ketika itu, Rasulullah Saw tengah berada di rumah ‘Aisyah.

Kepada Saudah, ‘Aisyah menceritakan bahwa dirinya baru saja memasak tepung dengan minyak samin. Ia meminta madunya itu untuk menikmati masakannya. Kata anak Abu Bakar ini, “Makanlah.” Sang tamu yang ditawari makanan itu berkata, “Aku tidak akan memakannya.”

Tetap bersemangat, ‘Aisyah melanjutkan tawarannya seraya ‘mengancam’, “Demi Allah, kau harus memakannya atau aku akan mengoleskan makanan ini (tepung) ke wajahmu.” Tanpa menghiraukan ‘ancaman’ itu, sang tamu tetap bersikukuh, “Aku tidak akan mencicipinya.”

Tentu, di sini tak ada konflik yang tengah terjadi. Ibu-ibu kita ini hanya hendak memberikan pelajaran tentang perlunya kita bercanda dalam berumahtangga sebagai salah satu sarana untuk berhibur dan mengendorkan syaraf yang memikirkan masalah kehidupan yang tak ada pangkal ujungnya dan silih berganti saban waktu.

Maka, cobalah melihat bagaimana ekspresi Rasulullah Saw. Sebagaimana dikeluarkan hadits ini oleh Ibnu Abi Dunya, “Maka aku (‘Aisyah) mengambil sedikit tepung, kemudian mengusapkannya ke wajahnya (Saudah).”

Melihat kejadian ini, sang Nabi justru tertawa kemudian mengambil posisi duduk di antara keduanya. Ternyata, Saudah tidak tinggal diam. Beliau melakukan aksi serupa, mengambil tepung, kemudian mengusapkannya ke wajah ‘Aisyah Ra sebagai bentuk balasan.

Ketika itu, Rasulullah Saw yang berada di tengah keduanya mengambil posisi merendahkan lututnya agar Saudah bisa membalas perlakuan ‘Aisyah dengan mudah. Beliau yang mulia, kemudian melanjutkan tawanya ketika pembalasan Saudah berhasil dengan sempurna.

Akhirnya kita mengerti, dalam keluarga kenabian itu, bercanda sudah menjadi hal yang lumrah. Bahkan, dalam tahap tertentu, bercanda menjadi sebuah kebutuhan sebab hidup memang tak selalu mulus. Ada ujian, dan bercanda adalah salah satu hiburan bahkan obatnya.

Jika rumahtangga kita sepi dari canda, mungkin itu adalah petunjuk harus lebih memperbanyak membaca kisah hidup Rasulullah Saw dan berkeinginan kuat untuk mempraktekannya. Tentu, materi dan cara bercanda tidak boleh melanggar aturan yang sudah Allah Swt sebutkan di dalam firman-Nya dan sabda Nabi-Nya. [Pirman]

Artikel sebelumnyaCara Rasulullah Saw Menyelesaikan Konflik dengan Istrinya
Artikel berikutnyaPenakluk al-Quds yang Wafat tanpa Meninggalkan Kuda, Tanah maupun Rumah Pribadi