Aku telah Khatamkan al-Qur’an 13.000 Kali

0

Dikisahkan oleh Solikhin Abu Izzuddin dalam Bersama Ayah Meraih Jannah, sosok saleh ini ditangisi keluarganya menjelang wafatnya. Dengan penuh ketundukan, ia mengatakan, “Jangan tangisi aku. Sebab aku telah mengkhatamkan al-Qur’an di rumah ini sebanyak tiga belas ribu kali.”

Dalam kesempatan lain, ulama yang bernama Abu Bakar bin Ayyasy ini berkata kepada anaknya, “Apakah kau berpikir bahwa Allah Ta’ala akan menyia-nyiakan ayahmu yang telah mengkhatamkan al-Qur’an setiap malam di rumah ini selama empat puluh tahun?”

Selain kagum dengan bilangan khatam sebanyak tiga belas ribu kali, dan mengkhatamkan setiap malam selama empat puluh tahun, mari berusaha pula untuk meneladani amal saleh yang telah diukir oleh generasi terbaik umat ini.

Sebagaimana dituturkan oleh salah satu orang bijak, “Teladanilah orang yang saleh. Jika tak mampu melakukannya, cintailah mereka. Jika masih tidak mampu, jangan membenci mereka.”

Mari berhitung kasar, jika Allah Ta’ala kelak memberikan usia kepada kita selama enam puluh tiga tahun sebagaimana usia yang diberikan kepada Nabi Muhammad, dan kita mulai membaca al-Qur’an rutin untuk mengkhatamkannya di usia sepuluh tahun, maka ada jeda waktu lima puluh tahun hingga kita meninggal dunia.

Pertanyaannya, dari rentang waktu lima puluh tiga tahun itu, ada berapa tahun yang kita manfaatkan secara optimal untuk membaca dan mengkhatamkan al-Qur’an yang merupakan petunjuk sepanjang jalan ini? Berapa kali khatam dalam setiap tahunnya? Bagaimana kualitas bacaannya? Berapa persen yang terinstal ke dalam diri, kemudian menjadi inspirasi dalam melakukan amal saleh bagi diri kita? Adakah di antara amal saleh yang kita kerjakan itu berhasil menginspirasi orang lain di sekitar kita?

Jika target yang kita jadikan acuan adalah Abu Bakar bin Ayyasy dalam kisah di atas, maka untuk khatam sebanyak tiga belas ribu kali dalam durasi tilawah selama lima puluh tiga tahun, maka setiap tahun harus mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak 245 kali.

Jika dibagi rata-rata, maka perbulannya harus khatam sebanyak 20 kali lebih. Dan, jika dibagi perhari, maka dalam sehari harus membaca al-Qur’an sebanyak 20 juz, atau setara dengan 200 lembar, atau 400 halaman.

Andai kecepatan seseorang dalam membaca al-Qur’an sekitar 30 menit/juz, maka waktu yang dibutuhhkan perharinya untuk membaca al-Qur’an adalah 600 menit atau 10 jam/hari untuk membaca Kalam Allah Ta’ala itu.

Persoalannya adalah, seberapa sungguh-sungguh keistiqamahan yang dimiliki? Bahkan saat baru menyelesaikan satu juz, atau bahkan kurang dari itu, mata sebagian kita sudah mengantuk, pikiran sudah melayang entah ke mana, dan badan sudah gelisah, tak betah, dan memang banyak ‘kesibukan’ lain yang benar atau dibenarkan oleh diri ini.

Karena itu, mari bersungguh-sungguh untuk melakukan amal saleh. Sebab manfaatnya akan dirasakan juga oleh keluarga kita kelak. Sebagaimana dituturkan oleh Muhammad bin al-Munkadir, “Allah Ta’ala pasti menjaga anak, cucu, dan kampung halaman seorang disebabkan kesalehannya. Mereka selalu dalam penjagaan Allah Ta’ala.”

Persoalan yang paling utama dari semua hitungan kasar untuk meneladani Abu Bakar bin Ayyasy di atas adalah, “Siapakah yang menjamin bahwa usia kita mencapai enam puluh tiga tahun dengan durasi mampu membaca al-Qur’an selama lima puluh tiga tahun?” Pasalnya, mati datang tanpa kompromi atau pemberitahuan sebelumnya. [Pirman]

Artikel sebelumnyaLelaki Ini Datangi Nabi setelah Mencium Wanita yang Tidak Halal
Artikel berikutnyaKeindahan Fisik Bidadari Surga yang Menanti Hadirmu