Adalah karunia yang amat besar jika seorang hamba senantiasa dibahagiakan oleh Allah Ta’ala. Bukan bahagia semu, tapi kesenangan abadi dalam kenikmatan. Bukan hanya di dunia, tapi berlanjut hingga kehidupan akhirat yang selamanya.
Siapa saja yang ingin senantiasa dibahagiakan oleh Allah Ta’ala, 3 kiat ini hendaknya dikerjakan dengan sungguh-sungguh hingga ajal menjemput.
Langkah Pertama
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Qs. Yunus [10]: 62)
Ialah kesungguhan untuk hidup dalam taat dan taqwa. Melakukan perintah-perintah Allah Ta’ala dengan kemampuan terbaik dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Langkah Kedua
“Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu. Sesungguhnya mereka merupakan orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti.” (Qs. at-Taubah [9]: 12)
Ialah bersikap sabar terhadap segala keburukan yang ditimpakan melalui musuh-musush Islam. Bersikap sabar dengan senantiasa istiqamah hingga ajal menjemput. Termasuk dalam langkah ini, berbaik sangka kepada Allah Ta’ala, tidak bersikap pesimis, tidak suka memvonis, dan tidak bersikap sinis kepada sesama umat manusia.
Langkah Ketiga
“Syu’aib berkata, ‘Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.’” (Qs. Huud [11]: 88)
Ialah orang-orang yang tidak memiliki kesibukan kecuali memperbaiki kualitas dirinya. Baik dalam hubungan dengan Allah Ta’ala, diri sendiri, orang terdekat yang dicintai dari kalangan keluarga, masyarakat tempat tinggal, dan kaum Muslimin di berbagai penjuru, serta umat manusia pada umumnya.
Kesibukan mereka adalah muhasabah, menghitung salah dan benar, lalu bergegas dalam melakukan perbaikan. Sangat sedikit bahkan tiada dengki di dalam hatinya, tidak tertarik mencari aib orang lain, dan asyik melakukan perbaikan diri sepanjang waktu hingga ajal mejemputnya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
Rujukan: Mutiara Hikmah Facebook 1, KH Muhammad Arifin Ilham, Sygma Publishing, 2012