Jika kita tidak termasuk kiyai, ustadz, atau ‘alim, tak perlu terlalu khawatir. Andai diri tidak termasuk sosok yang kaya raya sehingga banyak beramal dengan harta, juga tak usah cemas berlebihan. Sebab, ada janji suci dari Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk kita, meski hanya manusia biasa.
Janji amat mulia ini diberikan kepada hamba-hamba-Nya, tanpa melihat jabatan maupun jenis pekerjaan. Sebab memang, Islam hanya menjadikan ketakwaan sebagai satu-satunya standar penilaian. Janji yang amat mulia ini berupa kedudukan di surga; bersama para Nabi, Shiddiqin (orang-orang yang jujur), Syuhada’ (orang-orang yang syahid), dan Shalihin (orang-orang shaleh).
Disebutkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Ibnu Mardawaih meriwayatkan, seorang laki-laki mendatangi dan berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencintaimu hingga selalu mengingatmu ketika di rumah. Cinta itu terasa berat bagiku, dan aku sangat senang jika sederajat bersamamu.”
Mendengar penuturan jujur salah satu sahabatnya itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hanya diam. Beliau yang bertutur dan bertindak hanya berdasarkan wahyu ini tak menyampaikan jawaban atau tanggapan.
Hingga, Allah Ta’ala yang langsung menjawabnya melalui firman-Nya,
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (Qs. an-Nisa [4]: 69)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Siapa yang melakukan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya serta meninggalkan larangan keduanya, sesungguhnya Allah Ta’ala akan menempatkannya di tempat kehormatan-Nya (surga) dan menjadikannya pendamping para Nabi, kemudian orang-orang yang derajatnya di bawahnya.”
Mereka yang derajatnya di bawah para Nabi adalah Shiddiqin, Syuhada’, dan Shalihin, lalu kaum mukminin secara umum; orang yang senantiasa menjaga keshalehan, baik ketika tampak maupun tersembunyi.
Senada dengan makna ayat dan hadits ini adalah apa yang disampaikan dari Anas bin Malik, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Seseorang akan bersama orang yang dicintainya.” Kata Anas, “Tidak ada sesuatu yang menggembirakan kaum Muslimin daripada kegembiraan mereka dengan hadits ini.”
Maka cinta akan mendorong kaum muslimin untuk senantiasa menjalankan perintah yang dicintai, dan meninggalkan apa yang dilarang olehnya. Apalagi, cinta kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. [Pirman]