Kepemimpinan adalah isu yang sangat sensitif. Bukan hanya diperbincangkan, hal-hal terkait kepemimpinan senantiasa diperdebatkan secara hebat oleh berbagai kalangan. Pembahasan ini semakin seru karena disiarkan di berbagai media, baik siar, cetak, maupun daring. Semua media berebut memberitakan dengan berbagai motifnya.
Islam memandang penting soal kepemimpinan ini. Islam dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang merupakan pemimpin ulung bagi diri, keluarga, masyarakat, bahkan negara. Beliaulah sebaik-baik pemimpin negara yang tidak akan pernah dijumpai tandingannya hingga akhir zaman.
Sayangnya, kaum Muslimin akhir zaman ini mulai goyah dalam hal kepemimpinan. Sebagian besar terjebak pada sikap ekstrim, baik menerima maupun menolak kepemimpinan dari jalur Islam. Sebagiannya lagi menganggap bahwa umat Islam tak seharusnya terjun untuk memperebutkan kepemimpinan, sebagian lainnya menganggap kepemimpinan sebagai satu-satunya hal utama yang diprioritaskan hingga mengakibatkan sikap acuh terhadap hal lainnya.
Banyak sumbangsih monumental dari generasi-generasi sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam tentang kepemimpinan ini. Luar biasanya, meski mereka hidup di zaman yang berbeda dengan jeda waktu ribuan tahun, apa yang mereka sampaikan justru terbukti akhir-akhir ini.
Salah satunya adalah kalimat agung dari salah satu sahabat mulia Nabi, Abdullah bin Mas’ud Radhiyallhu ‘anhuma berikut ini.
“Kelak akan datang setelah kalian para pemimpin yang suka menunda-nunda shalat dari waktunya.”
Meski singkat, satu kalimat dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhuma ini sangatlah tepat. Kaum Muslimin diuji dengan pemahaman akhir zaman yang memisahkan antara istana dan masjid, antara kepemimpinan dan ibadah.
Padahal, pemimpin yang terbaik adalah pemimpin shalat. Selayaknya, siapa pun yang terpilih sebagai pelayan rakyat, seharusnya adalah mereka yang rajin mendirikan shalat dan mampu menjadi imam.
Ketika kalimat ini dimaknai secara umum untuk makna pemimpin, berapa banyak pemimpin keluarga, masyarakat, kelurahan, kecamatan, kabupaten, kota, bahkan provinsi dan negara yang sering bahkan menjadi kebiasaan untuk menunda pelaksanaan shalat?
Sebagai nasihat, Abdullah bin Mas’ud menutup uraiannya dengan berkata, “Maka dirikanlah shalat tepat waktu, karena hal itu merupakan kewajiban. Dirikanlah shalat berjamaah, karena shalat berjamaah akan menjadi ibadah tambahan (nafilah) bagi kalian.”
Sebagai pemimpin atas diri sendiri dan keluarga, bagaimana kualitas shalat kita?
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]