Mari terbitkan iri kepada lelaki yang diabadikan dalam surat Yaa Siin ini. Menurut ‘Ikrimah yang mengutip pendapat ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kayu ini bernama Habib bin Surri an-Najar. Ia syahid sebab meninggal dunia saat berdakwah. Jasadnya mulia, meski dadanya remuk dan isi perutnya terburai sebab diinjak-injak oleh kaki laknat orang-orang kafir.
Padahal, lelaki tukang kayu ini tidak memiliki ilmu agama yang banyak. Ia hanya mendengar ajakan beriman dari utusan-utusan Allah Ta’ala sesekali. Hatinya pun mantap beriman, lalu cintanya kepada sesama pun tumbuh serta berkembang. Cinta itulah yang membuat dirinya bergegas untuk sampaikan dakwah.
Ia tidak mau melihat sesama manusia berada dalam kekafiran dan kelak berhak atas balasan siksa neraka. Yang diingini oleh lelaki ini hanyalah keselamatan bagi seluruh manusia. Ia ingin menyampaikan apa yang didengarnya dari para utusan kepada orang-orang kafir-kafir.
Ia pun menyeruak ke tengah-tengah masyarakat kafir yang kala itu memiliki kedudukan terhormat di masyarakatnya. Ia tidak pernah minder. Katanya sebagaimana direkam dalam Firman Allah Ta’ala Surat ketiga puluh enam ayat 22-24 ini,
“Mengapa aku tidak menyembah Zat yang telah menciptakanku, yang pada-Nya kalian semua akan dikembalikan? Akankah aku mengibadahi sesembahan-sesembahan yang jika Allah Sang Maha Pengasih menghendaki bahaya bagiku, maka syafaat mereka sama sekali tidak bermanfaat bagiku dan tidak mampu menyelamatkanku? Sesungguhnya aku, jika demikian itu, benar-benar dalam kesesatan yang amat nyata.”
“Mendengar ungkapannya itu,” tulis Salim A. Fillah dalam Lapis-Lapis Keberkahan, “para pemuka kaumnya murka.” Pasalnya, Habib bin Surri an-Najar ini tidak dikenal dan miskin, tapi berani mendakwahi mereka yang kaya harta dan terhormat oleh jabatan.
Lantaran kemarahan itu, lanjut Salim mengisahkan, “Maka diperintahkanlah para pengikut untuk mengeroyok dan menyiksanya hingga dadanya remuk dan isi perutnya terburai akibat diinjak-injak.”
Allahu Akbar walillahil hamd. Saat nyawa masih tersisa di kerongkongannya itu, Habib masih kuasa berkata sebagaimana disebutkan dalam ayat selanjutnya, “Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabb kalian. Maka dengarkanlah ikrar imanku ini.” (Qs. Yaa Siin [36]: 25)
Kejadian setelahnya, Allah Ta’ala berfirman dalam awal ayat 26, “Dikatakan kepada laki-laki itu, ‘Masuklah ke surga.’”
Lelaki itu pun berkata, memberi kabar tentang balasan yang dia peroleh dari Allah Ta’ala, “Aduhai alangkah baiknya seandainya kaumku mengetahui. Bersebab apa kiranya Rabbku mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” (Qs. Yaa Siin [36]: 26-27)
Semoga Allah Ta’ala memberikan kekuatan kepada kita untuk meneladani keberanian Habib sang tukang kayu ini. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]