Berbahagialah golongan ini, mereka diberi nikmat masuk surga tanpa hisab. Berbahagialah, sebab surga dipenuhi kenikmatan yang tak tertandingi. Siapakah mereka? Apakah amalan yang mereka kerjakan? Dan, semoga kita menjadi bagian dari mereka.
Dikisahkan oleh Syuraih bin ‘Ubaidah, bahwa Tsauban menderita sakit di kota Hims. Hingga datanglah seorang dari Kala’iyyin yang menjenguknya. Ditanyakan kepada penjenguk itu, “Apakah kau bisa menulis?”
Setelah diberitahukan bahwa tamu yang menjenguknya bisa menulis, maka Tsauban memintanya untuk menuliskan sepucuk surat yang berbunyi:
Kepada al-Amir ‘Abdullah bi Qarath
Dari Tsauban, (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam
Amma Ba’du
Seandainya Musa dan ‘Isa ‘alaihimas salaam memiliki seorang pembantu yang berada di dekatmu, tentulah engkau akan menjenguknya.
Surat tersebut ditujukan kepada ‘Abdullah bin Qarath al-Azdi yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Kota Hims. Setelah melipatnya, Tsauban bertanya seraya meminta tolong kepada tamu yang menjenguknya, “Apakah kau dapat mengirimkan surat ini kepadanya?” Dijawab singkat olehnya, “Ya.”
Setelah menerima dan membaca surat tersebut, sang Gubernur ‘Abdullah bin Qarath pun kaget. “Mengapa dia? Apakah terjadi sesuatu padanya?” tanyanya antusias. Ia pun bergegas mempersiapkan perbekalan untuk menjenguk Tsauban.
“Duduklah,” pinta Tsauban kepada Gubernur yang baru tiba di rumahnya itu. Lanjutnya menyampaikan sesuatu, “Agar aku dapat memberitahukan sebuah hadits yang pernah aku dengar langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.”
Tsauban pun membacakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, “Akan masuk surga dari umatku (Muhammad) tujuh puluh ribu orang tanpa hisab dan tiada azab bagi mereka. Setiap seribu orang disertai lagi tujuh puluh ribu orang.”
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim juga disebutkan, tujuh puluh ribu orang itu masuk ke surga dalam keadaan bergandengan tangan sehingga orang pertama masuk ke dalam surga bersama dengan orang terakhir dan wajah mereka seperti bulan purnama.
Siapakah mereka? Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang yang tidak pernah meminta diruqyah seumur hidupnya. Sedangkan Imam Ibnu Katsir mengutip hadits ini ketika menafsirkan surat Ali ‘Imran [3] ayat 110; tentang umat terbaik yang diutus untuk memerintahkan kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, sedang mereka beriman kepada Allah Ta’ala. [Pirman]