Kita hidup di zaman akhir, saat kebanyakan manusia memiliki kecenderungan yang sama untuk berhibur secara berlebihan. Baik dalam hal berpindah-pindah tempat makan, sesering mungkin pergi ke tempat pertunjukan dan perbelanjaan, atau berkeliling dari satu tempat ke tempat lain dengan semangat jalan-jalan atau berpetualang.
Tidak ada yang salah selama niat di dalam hati baik, agar Anda senantiasa mengangungkan Allah Ta’ala di hati. Sebab kehidupan dunia memang dijadikan oleh-Nya sebagai satu-satunya jalan untuk mengumpulkan perbekalan di akhirat yang abadi.
Tersebutlah seorang ‘alim, wara’, zuhud, ahli ibadah bernama Tsabit bin Qais. Beliau bepergian ke daerah Khurashan untuk sebuah urusan. Ada begitu banyak pemandangan indah yang beliau temui di sepanjang perjalanan.
Kebun-kebun, taman-taman, sungai-sungai, dan semua fenomena alam terindra oleh sosok ahli ibadah ini. Tak terlewat satu pun, hingga dia kembali ke daerahnya.
Setelah sampai di kediamannya, ada orang yang bertanya, “Pemandangan indah apakah yang telah engkau saksikan selama berada di perjalanan?”
“Demi Allah Ta’ala, tidak ada pemandangan yang membuatku takjub, kecuali seorang nenek lanjut usia yang aku saksikan sedang mendirikan dua rakaat shalat Dhuha.” ujar Tsabit bin Qais menjelaskan.
Kisah ini seharusnya menjadi perhatian bagi setiap kita. Betapa kita ini sudah menjadi korban dari perang bawah sadar yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Kita benar-benar dibuat jauh dari nilai-nilai Islam yang seharusnya didekati dan menjadi pedoman dalam hidup yang sementara ini.
Cobalah menilik lebih jauh ke dalam hati kita. Sudah berapa ratus atau ribu kilometer yang kita tempuh atas nama jalan-jalan dan berpetualang. Dari sedemikian jauh jarak yang ditempuh, adakah iman kita makin bertambah gagah? Dari sekian banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabat-sahabat sepulangnya kita melancong, adakah pernah jawaban sejenis ini meluncur dari lisan kita yang beragama Islam ini?
Jangan sampai pengamatan dan pemaknaan indah bagi diri kita hanya sebatas makanan yang lezat dan langka, tempat yang nyaman untuk istirahat dan buang hajat, atau lokasi-lokasi yang menarik dan membuat iri saat difoto, lalu kita posting di media sosial.
Sebab orang-orang beriman selalu memliki cara berpikir dan bertindak yang berbeda dengan orang-orang yang minim atau tidak memiliki iman.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]