Di dalam kitab Shahihnya, Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits agung yang dikutip oleh Dr Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Yang pertama kali dijilat (dibakar) api neraka pada Hari Kiamat adalah tiga golongan.”
Siapakah mereka?
Mereka adalah, “Orang alim, mujahid dan orang yang dermawan.” Dalam hadits yang panjang ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan sebagai berikut:
Datanglah orang alim ke hadapan Allah Ta’ala. Dia bertanya, “Apa yang kamu lakukan di dunia?” Jawab sang alim, “Aku mencari ilmu di jalan-Mu dan menyebarkannya untuk mengharap keridhaan-Mu.”
Mendengar penjelasan sang alim, Allah Ta’ala langsung menghardiknya, “Kamu dusta!” Lanjut-Nya, “Engkau mencari ilmu supaya dikatakan sebagai orang alim.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ia menerima upah dunia atas ilmu yang disampaikannya. Kemudian malaikat diperintahkan untuk menyeretnya ke dalam neraka.
Setelah orang alim, datanglah orang yang dermawan. Ketika ditanyakan pertanyaan serupa sebagaimana ditanyakan kepada orang alim, sang dermawan menjawab, “Aku mencari harta yang halal, kemudian menginfaqkannya di jalan-Mu.”
Berharap mendapat kebaikan atas apa yang ia lakukan, Allah Ta’ala justru menghardiknya, “Kamu dusta!” Pasalnya, sang dermawan, sebagaimana disebutkan dalam hadits ini, “Engkau infaqkan hartamu supaya disebut dermawan.” Dan disebutkan dalam riwayat lain, “Kau ingin mendapatkan pujian atas apa yang kau lakukan.” Atas dua niat itu, ia telah mendapatkannya di dunia.
Lalu, Allah Ta’ala perintahkan malaikat untuk menyeret dan menjebloskannya ke dalam neraka.
Setelah keduanya, datanglah golongan ketiga. Ialah para mujahid. Saat disampaikan pertanyaan serupa, ia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu, sehingga terbunuh dalam peperangan.” Sebagaimana kedua golongan pertama, sang mujahid mendapatkan jawaban serupa, “Kamu dusta! Kamu berperang untuk mendapatkan julukan pemberani.”
Disebutkan pula bahwa ia berniat mendapatkan harta rampasan perang. Dan, kedua hal itu telah ia dapatkan di dunia. Lalu, malaikat diperintahkan untuk menyeret dan memasukkannya ke dalam neraka.
Hadits shahih dari Abu Hurairah ini bukanlah alasan untuk menunda amal, bukan pula pembenaran untuk tidak berilmu, berjihad maupun berinfaq dengan harta di jalan Allah Ta’ala. Ini adalah sebuah teguran keras agar kita senantiasa meluruskan niat ketika beramal. Agar amal yang dilakukan hanya mengharapkan Ridha Allah Ta’ala, bukan selain-Nya.
Sebab, tatkala ada sedikit saja kesombongan, maka seseorang diharamkan untuk masuk ke dalam surga. Semoga Allah Ta’ala bersihkan hati kita dari sombong. Semoga Allah Ta’ala mudahkan kita untuk beramal secara ikhlas, hanya karena-Nya. Aamiin. [Pirman]