Alangkah menderitanya orang-orang yang dideklarasikan sebagai musuh Allah Ta’ala di Hari Kiamat. Padahal Allah Ta’ala Maha Pengasih yang tak pilih kasih. Dia adalah Maha Penyayang bagi semua hamba-Nya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa mereka yang menjadi musuh Allah Ta’ala di antaranya adalah orang-orang yang curang dalam bermuamalah.
“Ada tiga golongan,” firman Allah Ta’ala dalam sebuah hadits qudsi, “yang Aku menjadi musuh mereka pada Hari Kiamat.” Maka Rasulullah Saw melanjutkan hadits tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abu Hurairah.
Pertama, orang yang bersumpah atas nama Allah Ta’ala, kemudian ia berkhianat. Kedua, orang yang menjual orang yang merdeka, lalu ia memakan uang hasil penjualannya. Ketiga, orang yang berjanji mengupah pekerja, kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya, namun orang tersebut tidak membayarnya.
Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya bagi setiap diri untuk memperhatikan akhlak yang baik saat berinteraksi dengan sesama. Sebab akhlak yang baik adalah salah satu tujuan utama diutusnya Rasulullah Saw kepada umat manusia.
Dalam riwayat lain yang lebih panjang dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “Ada tiga golongan yang Allah Ta’ala tidak akan berbicara, melihat, mensucikan dan memberikan azab yang pedih kepada mereka di Hari Kiamat.”
Pertama, seorang lelaki yang menghalangi musafir meminum kelebihan air yang dia miliki di tengah gurun pasir.
Kedua, seorang laki-laki yang menjual barangnya dengan berbohong. Laki-laki itu berkata bahwa ia membeli barang tersebut dengan modal sekian-sekian. Kemudian ia menjual barang tersebut kepada orang lain, padahal sebenarnya modal yang dia gunakan tidak seperti yang diceritakannya, atau dia berbohong dengan cara yang lain.
Ketiga, laki-laki yang membaiat pemimpin untuk kepentingan dunia. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim ini disebutkan bahwa laki-laki tersebut taat kepada pemimpin ketka mendapat bagian dunia, kemudian mengingkarinya tatkala tidak mendapat bagian dunia.
Dua riwayat shahih yang dikutip oleh syaikh Salman al-Audah dalam buku “Inilah Rasulullah Saw” ini adalah sebuah rambu yang amat jelas tentang keharusan bagi setiap kaum muslimin untuk berakhlak mulia. Apalagi, akhlak yang buruk tidak hanya menimbulkan kerugian bagi pelakunya, tetapi juga ikut mencoreng citra Islam. [Pirman]