Semoga Allah Ta’ala memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya. Iman dan takwa yang dilakukan dalam amal shaleh itulah, yang insya Allah bisa mencegah diri dari melakukan dosa-dosa; besar maupun kecil.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjanjikan kebinasaan bagi umatnya yang mengerjakan tujuh perbuatan yang termasuk dosa besar: syirik, memakan riba, zina, sihir, lari dari medan jihad, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, memfitnah muslimah baik-baik telah melakukan zina.
Dalam riwayat yang lain, di antara barisan dosa besar itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan; durhaka kepada orang tua, persaksian palsu, berkata dusta, membunuh anak karena khwatir dia akan merebut jatah makanmu (dan khawatir tidak bisa memberikan makan kepadanya), merampas kehormatan seorang muslim, saling mencaci dengan cacian, menzhalimi orang lain, meninggalkan shalat, menjamak shalat tanpa alasan yang syar’i (dibenarkan), dan lain sebagainya.
Sebagai bentuk kehati-hatian agar tidak membedakan dosa besar dan dosa kecil, karena keduanya merupakan noda hitam di dalam hati, pangkal keburukan, alamat kecelakaan, dan menjauhkan pelakunya dari Allah Ta’ala sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat, ada penjelasan yang amat menarik dan sangat bagus dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu.
Thawus, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim, bertanya kepada ‘Abdullah bin ‘Abbas, “Apakah tujuh dosa besar itu?” Jawab ‘Abdullah bin ‘Abbas seperti diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, “Dosa besar itu mencapai tujuh puluh macam, hal itu adalah lebih tepat dibandingkan hanya tujuh macam.”
Dalam riwayat yang lain dari Sa’id bin Jubair, Imam Ibnu Jarir ath-Thabari juga menyebutkan riwayat seorang laki-laki yang bertanya kepada ‘Abdullah bin ‘Ababs tentang tujuh dosa besar, tapi beliau menjawab, “Dosa besar mencapai tujuh ratus macam lebih, dibandingkan yang hanya berjumlah tujuh.”
Dalam lanjutan riwayat yang dinukil Imam Ibnu Katsir ini, ‘Abdullah bin ‘Abbas menyampaikan penjelasan, “Akan tetapi, tidak ada dosa besar jika disertai istrighfar, dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.”
Inilah pendapat yang sangat baik dari faqihnya umat ini. Pasalnya, dosa besar memang akumulasi dan klimaks dari kebiasaan seseorang dalam melakukan dosa-dosa kecil yang dianggap remeh. Sebab terbiasa itu, lisan dan hati mereka enggan meminta ampun dengan istighfar. Padahal, jika di-istighfar-i, Allah Ta’ala akan mengampuni dan menjaga diri kita dari setiap ketergelinciran.
Di akhir penjelasan, ‘Abdullah bin ‘Abbas mengatakan, “Setiap sesuatu yang merupakan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala adalah dosa besar.” [Pirman]