Laki-laki ini merupakan salah satu murid terbaik Imam Malik bin Anas. Gelar ahli zuhud, ahli ibadah, dan orang alim terkemuka disematkan kepada laki-laki bernama Buhlul bin Rasyid al-Qairawani al-Maliki. Beliau wafat pada tahun 183 Hijriyah.
Dituturkan oleh Imam al-Qadhi ‘Iyadh dan dikutip oleh Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam menjelaskan Risalah al-Mustarsyidin, Imam Buhlul mendapatkan titipan dari keluarganya. Agar tidak lupa, beliau mengikat titipan itu di salah satu jari kelingkingnya, lalu diperban hingga tertutup rapat.
Dalam keadaan seperti itu, beliau mendatangi murid-muridnya. Sekadar bertemu, bertanya kabar, dan menyapa dengan hikmah. Namun, dalam kunjungan tersebut, sang imam menyembunyikan tangannya yang berbalut perban.
“Aku cemas kalau-kalau telah berbuat bid’ah dengan melakukan ini.” katanya dalam hati. Kemudian, sang imam mengutus muridnya untuk mendatangi salah satu sahabatnya, Ibnu Farrukh. Sang murid diutus untuk menanyakan perihal perbuatannya itu.
Sang murid pulang, lalu melapor kepada sang imam. Betapa leganya sang imam tatkala Ibnu Farrukh berkata bahwa Abdullah bin Umar pernah melakukan tindakan serupa.
Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah tidak menjelaskan, apakah Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu pernah membungkus jari kelingkingnya dengan perban untuk mengingat sesuatu yang dititipkan padanya atau tindakan lain yang bermaksud mengingatkan diri akan amanah yang belum dia kerjakan.
Setelah mendengar penuturan Ibnu Farrukh, Imam Buhlul mengeluarkan tangannya dari balik kain dan berkata, “Segala puji bagi Allah Ta’ala yang tidak membiarkan aku menjadi pelaku bid’ah dalam Islam.”
Beginilah cara yang ditempuh oleh orang alim dari segela jenis keterjerumusan. Mereka sangat berhati-hati saat akan melakukan amal. Bagi mereka, tidak ada amal yang kecil atau sepele karena semua amal dicatat oleh malaikat dan kelak dipertanggungjawabkan di akhirat.
Bagi sebagian kita, mungkin kisah ini terkesan berlebihan. Padahal, demikianlah adanya. Kita tidak boleh menjadi generasi latah yang beramal tanpa dasar. Apalagi larangan mengikuti sesuatu tanpa ilmu jelas termaktub di dalam al-Qur’an al-Karim.
Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari segala amal yang berlebihan. Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita generasi yang peka terhadap semua amal, meski ianya terkesan kecil dan diremehkan. Sebab tidaklah sesuatu menjadi besar kecuali karena hal kecil yang dikerjakan terus menerus.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]