Susah Cari Uang? Susah Mendatangkan Uang? Ini Sebab dan Solusinya!

0
sumber gambar: s3.amazonaws.com

Banyak di antara kita yang mengeluh tentang sukarnya menjalani kehidupan di era global ini. Mereka mengeluhkan tentang susahnya mendapatkan pekerjaan. Sebagian lainnya mengeluh susah mendatangkan uang. Sebagian lainnya menyatakan ketidakmampuannya mencari uang dan keluhan-keluhan lainnya.

Lantas, apa solusinya? CEO Keke Busana, Rendy Saputra menjelaskan rahasianya dengan sangat gamblang, sebagai berikut:

Kok susah ya cari duit? Kok susah ya duit datang?

Gimana gak susah? (jika) Ngomongnya begini:

“Apaan orang kaya itu? Pasti korupsi.” (sambil meremehkan)

“Masa’ PNS bisa begitu?” (memicingkan mata)

(Disambut tawa hadirin)

Jadi, kita aja suka su-uzhan (berburuk sangka) dengan orang kaya.

Ada yang beli mobil, (dikomentari), “Paling leasing!”

Ya mau leasing, mau tunai; itu urusan dia. Tapi kebanyakan kita ini dengki dengan orang kaya, dan ini berbahaya!

Bagaimana (mungkin) kita akan menjadi orang kaya jika kita bersikap dengki kepada kepada orang yang kaya? Ini problem!

Kita juga sering bilang begini saat anak-anak memegang uang, apalagi kalau uang (didapat) dari pasar, “Hei….! Uangnya tuh. Jangan dipegang-pegang! Kotor!”

Lihat! Bagaimana kita memasukkan pemikiran pada anak-anak kita bahwa uang itu kotor.

Adakan ibu-ibu yang begitu?

“Jangan dipegang, Nak. Uang itu kotor, Nak! Jangan dimain-mainkan. Itu kan dari pasar. Kotor.”

(Padahal) anak-anak itu tidak mengerti kotornya kuman. Pokoknya (yang tertanam di benak anak) uang itu kotor (saja).

Melihat tetangga, begitu mendapatkan kekayaan, suaminya selingkuh. Terus ngomong, “Tuh, kan! Tuh, kan! Uang itu sumber bencana!”

Padahal, uang itu netral, sama seperti pisau. Pisau bisa digunakan untuk mengupas buah, bisa juga digunakan untuk membunuh orang. Bisa juga digunakan untuk melukai orang. Jadi, pisau itu netral.

Pisau tidak jelek. Pisau tidak negatif. Tergantung bagaimana digunakan.

Berarti, yang negatif atau positif itu usernya.

Nah, pemahan ini harus selesai di kalangan kaum Muslimin. Karena saya sering bertemu yang demikian.

Saya ngajarin online shop. Saya ngajarin penjual UKM. Saya ngajarin bikin produk seperti apa. Ujung-ujungnya ada yang berkomentar, “Kang, penting gak sih kita menjadi kaya? Bukankah Rasulullah itu membersamai orang-orang yang miskin? ”

Ternyata masih banyak mindset-mindset tentang uang yang memang masih berantakan. Dan ini menular ke anak-anak kita.

Contohnya, “Nak, nanti kalau besar mau kerja dimana?”

Padahal sudah tahu kalau kerja itu gajinya fixed (pas-pasan). Boleh kita menanamkan ke anak agar bekerja, tapi mereka juga harus berdagang.

Saya punya tim, karyawan di Keke, (saya katakan kepada mereka), “Kamu paling lama di Keke sepuluh tahun. Setelah itu, kamu harus punya bisnis. Kalaupun di Keke, harus menjadi direksi. Harus, pada tahapan tertentu, menjadi pemimpin bisnis.Dari sekarang harus latihan menjual jasa. Tidak boleh berharap (bayaran) dari Keke saja. Ayo bisnis! Ayo bisnis!”

Ini merupakan transkrip dari materi yang disampaikan Kang Rendy dalam materi kedua di Sekolah Bisnis Dua Kodi Kartika. Bagi yang ingin memahami materi ini secara menyeluruh, silakan kunjungi Sekolah Bisnis.

Artikel sebelumnyaNasihat Kematian yang Mecengangkan (2)
Artikel berikutnyaSuami Malas Shalat? Galau dengan Urusan Dunia? Ini Solusinya