Hari itu, Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam berkata, “Demi Rabb yang jiwaku berada di Tangan-Nya.” Beliau mengucapkan itu sebanyak tiga kali, lalu menunduk sambil menangis. Karenanya, sahabat yang hadir pun ikut merasakan kesedihan yang dialami Nabi, sehingga mereka pun menangis.
Para sahabat tidak mengetahui, mengapa Nabi bersumpah, mengapa beliau sesedih itu. Tak lama kemudian, beliau mengangkat kepala. Saat mengangkat wajah itulah, para sahabat melihat rona bahagia pada wajah Nabi.
Jika kesedihan Nabi yang pertama mengakibatkan para sahabat ikut menangis, maka dalam bahagia pada wajah Nabi lebih disukai oleh para sahabat, “Bagi kami, hal itu lebih kami senangi dari unta merah.”
Padahal, unta merah diguanakan untuk menggambarkan harta dan kekayaan yang sangat agung sebab jumlahnya besar.
Apakah yang membuat Nabi bersedih, kemudian beliau berbahagia? Tentunya, ada hal amat penting yang akan beliau sampaikan.
“Tidak ada seorang hamba pun yang shalat lima waktu, puasa Ramadhan, mengeluarkan zakat, dan menjauhi tujuh dosa besar,” sabda Nabi memulai sebagimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, “kecuali akan dibukakan baginya pintu-pintu surga.”
“Kemudian,” pungkas Nabi sebagaiamana diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i, al-Hakim, dan Ibnu Hibban, “dikatakan kepada mereka, ‘Masuklah dengan aman.’”
Shalat, puasa, dan zakat yang disebutkan dalam hadits di atas adalah perlambang perintah. Sedangkan tujuh dosa besar adalah larangan. Perintah dan larangan inilah dua komponen utama penyusun makna takwa yang menjadi kunci keselamatan dan kemuliaan seorang hamba di sisi Allah Ta’ala.
Terkait tujuh dosa besar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan, “Syirik kepada Allah, Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala kecuali dengan haq, sihir, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan jihad, serta menuduh wanita mukminah yang baik lagi suci dan beriman (dengan tuduhan) berbuat zina.”
Tujuh dosa inilah yang disebut dengan perbuatan membinasakan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhum jami’an.
Semoga Allah Ta’ala kuatkan kita untuk senantiasa bertakwa dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Aamiin. [Pirman]